PSIKODIAGNOSTIK : PENGERTIAN, FUNGSI DAN METODE

Menurut Sumadi Suryabrata, dalam bukunya yang berjudul “Psikodiagnostik“, menyebutkan bahwa penggunaan istilah psikodiagnostik secara eksplisit muncul sekitar tahun 1921 ketika Hermann Rorschach menerbitkan hasil penelitian dengan “Metode Rorschach” dalam lapangan psikiatri dengan judul “Psikodiagnostik“.  Istilah “psikodiagnostik” merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu “psikologi” dan “diagnostik“. Psikologi berarti ilmu tentang tingkah laku manusia, sedangkan diagnostik berarti mencari informasi tentang sesuatu. Sehingga, berdasarkan dua pengertian tersebut, secara sederhana psikodiagnostik dapat diartikan sebagai  suatu metode diagnosa untuk mengenali kepribadian seseorang secara mendalam.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dari Hermann Rorschach (dalam lapangan klinis), psikodiagnostik dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menetapkan kelainan-kelainan psikis, dengan tujuan untuk dapat memberikan pertolongan secara tepat. Dalam perkembangan selanjutnya, kebutuhan untuk membuat diagnosis secara psikologis, tidak saja dalam lapangan klinis, sehingga pengertian tentang psikodiagnostik menjadi semakin luas. Secara umum, pengertian psikodiagnostik dapat ditinjau dari dua hal, yaitu :

  • secara teoritispsikodiagnostik adalah studi ilmiah tentang berbagai metode untuk membuat diagnosis psikologis, dengan tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat.
  • secara praktispsikodiagnostik adalah setiap metode untuk membuat diagnosis psikologis, dengan tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat.
Dalam Kamus Psikologi, psikodiagnostik diartikan sebagai studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah laku, cara berjalan, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Leon H. Levy, dalam bukunya yang berjudul “Psychological Interpretation“, menyebutkan bahwa psikodiagnostik adalah kegiatan deskripsi yang bertujuan untuk meletakkan dasar bagi peramalan tingkah laku pasien dalam berbagai situasi.
Tujuan dan Fungsi Psikodiagnostik. Sasaran dari psikodiagnostik adalah kepribadian dari individu yang terwujud dalam tingkah laku, termasuk juga inteligensi, bakat atau kemampuan, minat, emosi, cita-cita dan fantasi, inisatif, daya tahan, daya analisis, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan dari psikodiagnostik adalah :
  • klasifikasi, maksudnya adalah untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan, perkembangan anak, klinis, dan industri.
  • deskripsi, maksudnya adalah memberikan penggambaran yang lebih intensif dari individu (subyek).
  • prediksi, maksudnya adalah memberikan peramalan terhadap perkembangan individu (subyek).
Sedangkan fungsi dari psikodiagnostik adalah :
  • memahami individu (subyek) dengan lebih baik dan memberikan paling sesuai bagi diri yang bersangkutan.
  • penjabaran dan pemanfaatan tes psikologis.
  • penyeleksian kualitas tingkah laku dan kepribadian.
  • pengembangan kepribadian individu (subyek).
Metode Psikodiagnostik.
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam psikodiagnostik, yaitu :
 
1. Wawancara.
Wawancara adalah suatu situasi pertukaran pandangan antara dua orang yang bertemu. Dalam proses wawancara akan diajukan beberapa pertanyaan yang sebelumnya telah disusun, atau bisa juga pertanyaan dilakukan secara spontan pada saat proses wawancara berlangsung. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan wawancara :
  • timing (waktu), harus diatur secara tepat, tidak terlalu lama atau terlalu singkat.
  • content (isi), isi dari setiap pertanyaan yang diajukan haruslah disusun dengan jelas dan mudah dimengerti.
  • mener of respone (cara menanggapi), menanggapi dengan baik sehingga individu (subyek) mau menjawab sesuai dengan yang peneliti butuhkan.
  • feedback (timbal balik), harus ada timbal baliknya, untuk peneliti agar dalam proses wawancara dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan, sedangkan untuk yang diwawancara bisa menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
 
2. Observasi.
Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan yang dilakukan terhadap tingkah laku individu di suatu situasi yang diciptakan atau pada saat tes sedang berlangsung. Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam melakukan observasi adalah  wherewhathow, dan when. Sedangkan observasi dapat dilakukan pada setting sebagai berikut :
  • field setting, adalah situasi dalam keadaan alamiah tanpa ada kontrol apapun, yang biasanya dilakukan di tempat individu yang bersangkutan berada.
  • simulated setting adalah situasi observasi di mana individu mendapat stimulasi untuk situasi tertentu, tetapi tidak sepenuhnya dikontrol.
  • laboratory setting, adalah observasi dilakukan dalam suatu laboratorium dengan menggunakan kontrol tertentu dengan situasi yang cukup ketat.
Observasi dapat dilakukan dengan memakai dua metode, yaitu :
  • observasi partisipan, di mana observator atau peneliti ikut langsung dalam kegiatan yang ingin diobservasi, dan mengamati kegiatan tersebut. Tujuan dari observasi partisipan adalah untuk mendapatkan hasil observasi yang nyata tanpa dibuat-buat.
  • observasi non partisipan, di mana observator atau peneliti mengamati dari jauh kegiatan yang diobservasi, tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Observator atau peneliti hanya mencatat dan mengamati apa saja kegiatan yang sedang diobservasi.
 
3. Analisa dokumen pribadi.
Metode ini jarang dipakai, biasanya akan dipakai hanya untuk kasus-kasus tertentu saja. Akan tetapi apabila dipakai ada juga manfaatnya untuk menambah pemahaman dan kejelasan mengenai kepribadian individu (subyek). Beberapa dokumen pribadi yang bisa dianalisis diantaranya adalah :
  • diary atau buku harian, biasanya digunakan oleh individu (subyek) untuk mencurahkan hal-hal yang dialami atau dirasakannya, baik itu positif atau negatif.
  • surat-surat pribadi, seringkali individu (subyek) mencurahkan perasaan atas hal-hal yang dialaminya kepada seseorang yang dekat dengannya melalui surat. Pada era modern seperti ini, bisa juga dianalisa e-mail atau media sosial yang dipunyai individu (subyek).
  • biografi atau autobiografi.
 
4. Tes psikologi.
Tes psikologi adalah prosedur klasifikasi atau pengukuran yang sistematik, yang memberikan pernyataan tentang satu atau lebih karakteristik individu tentang perilaku tertentu secara empiris dan teoritis, dengan memproses secara obyektif reaksi-reaksinya pada sejumlah stimuli yang dipilih secara hati-hati dan membandingkan reaksi tersebut dengan sampel representatif dari subyek. Tes psikologis perlu memiliki informasi tentang reliabilitas, ketepatan, dan validitasnya. Komponen-komponen tersebut harus dirujuk pada pengembangan tes, yang menunjuk pada bagaimana tes disusun, item ditulis dan dipilih, bagaimana deviasi diselesaikan dan bagaimana jumlah skor dihitung dan diinterpretasikan.
 
Berkaitan dengan metode yang dapat digunakan dalam psikodiagnostik tersebut, psikodiagnostik dapat digunakan dalam beberapa setting, yaitu :
  • clinnical setting, yang lebih memfokuskan untuk mendeteksi gangguan psikis individu (subyek), mengukur kemampuan pribadi individu, dan menetapkan pola treatment yang efektif. Dalam clinnical setting, psikodiagnostik digunakan di rumah sakit, rumah sakit jiwa, pusat kesehatan mental, atau klinis konsultan psikologis.
  • legal setting, yang berhubungan dengan masalah kriminal dan kejahatan. Dalam legal setting, psikodiagnostik digunakan di pengadilan, pusat rehabilitasi, dan lembaga pemasyarakatan.
  • educational and vocational guide setting, yang memfokuskan pada pengembangan studi dan kerja. Dalam educational and vocational guide setting, psikodiagnostis digunakan di sekolah, universitas, pusat pelatihan, dan pusat bimbingan karir.
  • educational and vocational selection setting, yang memfokuskan pada penentuan bidang studi, seleksi jabatan, dan lain sebagainya. Dalam educational and vocational selection setting digunakan di perusahaan, instansi, atau suatu organisasi.
  • research setting, yang memfokuskan pada pengembangan ilmu dan teknik serta metode psikodiagnostik. Dalam research setting, psikodiagnostik digunakan di lembaga penelitian.
 
Perbedaan Antara Psikodiagnostik dan Psychological Assessment.  Psychological assessment adalah sebuah evaluasi yang dilakukan oleh psikolog dalam rangka mengetahui fakta-fakta umum maupun spesifik mengenai individu, mengidentifikasi baik keunggulan maupun kelemahannya, untuk menginformasikan bagaimana individu tersebut berfungsi sekarang. Tujuan psychological assessment adalah :
  • menghasilkan sebuah gambaran yang akurat mengenai masalah-masalah yang dimiliki seorang individu.
  • mengidentifikasi faktor-faktor interpersonal dan lingkungan yang berkontribusi terhadap masalah-masalah tersebut.
  • menentukan treatment yang efektif untuk mengatasi masalah individu tersebut.
Perbedaan antara psikodiagnostik dan psychological assessment adalah :
  • psikodiagnostik merupakan bentuk dari psychological assessment, bukan merupakan sub disiplin psikologi tersendiri, melainkan melibatkan berbagai disiplin psikologi yang berbeda.
  • psikodiagnostik tidak mempunyai obyek materiil atau fisik tersendiri, hal yang didiagnosis dinyatakan sebagai konstruk-konstruk psikologis tergantung sub disiplinnya.
  • dalam psikodiagnostik tidak dikembangkan prosedur dan metodologi yang spesifik, melainkan menggunakan metodologi umum dalam penelitian psikologi, yaitu meliputi pengujian hipotesis.
Dalam ilmu psikologi, psikodiagnostik merupakan suatu alat yang digunakan dalam melakukan proses identifikasi dalam permasalahan psikologi. Dengan metode psikodiagnostik akan didapatkan data-data yang akurat, yang selanjutnya akan diproses untuk kepentingan pemecahan permasalahan psikologis yang dialami oleh seseorang.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian psikodiagnostik, tujuan dan fungsi, serta metode yang digunakan dalam psikodiagnostikberikut perbedaan antara psikodiagnostik dan psychological assessment.

BIOGRAFI KURT LEWIN

Kurt Lewin (1890–1947) adalah seorang psikolog Jerman-Amerika yang dianggap sebagai salah satu tokoh utama dalam perkembangan psikologi sosial. Ia juga dikenal sebagai pelopor dalam teori perubahan organisasi dan dinamika kelompok. Lewin memiliki pengaruh besar dalam membentuk cara kita memahami perilaku individu dalam konteks sosial dan lingkungan.

Kehidupan Awal dan Pendidikan
Karier dan Penelitian
Kontribusi dalam Psikologi

  • Unfreezing: Melemahkan kebiasaan atau struktur lama.
  • Changing: Memperkenalkan perubahan baru.
  • Refreezing: Menstabilkan perubahan tersebut sebagai bagian dari rutinitas baru. Model ini sangat berpengaruh dalam manajemen perubahan dan terus digunakan dalam studi organisasi dan kepemimpinan.
Pengaruh dan Warisan
Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat

Kurt Lewin lahir pada 9 September 1890 di Mogilno, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Jerman (sekarang Polandia). Ia tumbuh di sebuah keluarga Yahudi dan menunjukkan ketertarikan pada sains dan filsafat sejak usia dini.

Lewin mulai kuliah di Universitas Freiburg, di mana ia mempelajari kedokteran. Ia kemudian pindah ke Universitas Munich untuk belajar biologi. Ketika Perang Dunia I pecah, Lewin terlibat dalam tugas militer sebagai prajurit infanteri Jerman. Setelah perang, ia melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar doktor dalam bidang filsafat dari Universitas Berlin pada tahun 1916, dengan minat utama pada psikologi.

Setelah menyelesaikan studinya, Lewin mulai bekerja di Institut Psikologi di Universitas Berlin, di mana ia menjadi bagian dari gerakan psikologi Gestalt, yang berfokus pada persepsi keseluruhan dan bagaimana manusia memproses pengalaman mereka. Lewin mengambil pendekatan yang berbeda dengan menghubungkan prinsip-prinsip Gestalt dengan perilaku manusia dalam konteks sosial.

Pada tahun 1933, setelah Partai Nazi berkuasa di Jerman, Lewin, yang merupakan seorang Yahudi, meninggalkan Jerman dan pindah ke Amerika Serikat. Di sana, ia mulai bekerja di beberapa universitas ternama, termasuk Cornell University dan University of Iowa, dan akhirnya menetap di Massachusetts Institute of Technology (MIT), di mana ia mendirikan Research Center for Group Dynamics.

  1. Teori Medan (Field Theory): Lewin mengembangkan teori medan, yang menyatakan bahwa perilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Teori ini disingkat dengan rumus B = f(P, E), di mana B adalah perilaku, P adalah karakteristik individu, dan E adalah lingkungan. Lewin berpendapat bahwa untuk memahami perilaku seseorang, perlu diperhitungkan berbagai faktor yang membentuk "medan psikologis" orang tersebut.

  2. Dinamika Kelompok: Lewin memainkan peran penting dalam membentuk teori dan praktek dinamika kelompok. Ia tertarik dengan cara kelompok mempengaruhi perilaku individu dan bagaimana kelompok dapat menjadi agen perubahan. Lewin memperkenalkan konsep-konsep seperti pengaruh sosial, peran pemimpin, dan norma kelompok.

  3. Teori Perubahan Lewin: Lewin merumuskan model perubahan organisasi tiga tahap yang terdiri dari:

  4. Penelitian tentang Prejudice dan Diskriminasi: Lewin juga terlibat dalam penelitian tentang praduga dan diskriminasi, terutama selama Perang Dunia II, di mana ia membantu dalam program-program pelatihan untuk mempromosikan toleransi rasial.

Kurt Lewin dianggap sebagai Bapak Psikologi Sosial Modern. Kontribusinya dalam bidang dinamika kelompok, teori medan, dan perubahan organisasi telah membentuk berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, manajemen, dan pendidikan.

Lewin juga meletakkan dasar bagi psikologi terapan, di mana penelitiannya digunakan untuk memecahkan masalah sosial, mengelola konflik, dan mengimplementasikan perubahan dalam berbagai konteks organisasi. Research Center for Group Dynamics yang ia dirikan di MIT menjadi pusat penting untuk penelitian dan aplikasi dalam dinamika kelompok.

Kurt Lewin menikah dua kali, pertama dengan Maria Landsberg, yang dengannya ia memiliki dua anak, dan kemudian dengan Gertrud Weiss, dengan siapa ia memiliki satu anak. Lewin meninggal pada 12 Februari 1947 di Newtonville, Massachusetts, akibat serangan jantung.

Kurt Lewin tetap dikenang sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dalam psikologi abad ke-20, yang memperluas wawasan tentang bagaimana konteks sosial mempengaruhi perilaku manusia dan bagaimana perubahan dapat dikelola secara efektif dalam kelompok dan organisasi.

BIOGRAFI DAVID BUSS

David M. Buss (lahir 1953) adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal sebagai salah satu pendiri utama dalam bidang psikologi evolusioner. Penelitiannya terutama berfokus pada strategi perkawinan, daya tarik, seksualitas, dan dinamika sosial yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan seleksi seksual.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

David Buss lahir pada 14 April 1953. Ia menempuh pendidikan sarjana di University of Texas di Austin, di mana ia memperoleh gelar B.A. dalam psikologi pada tahun 1976. Ia kemudian melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar Ph.D. di University of California, Berkeley pada tahun 1981, dengan spesialisasi dalam psikologi kepribadian dan sosial.

Karier dan Penelitian

Setelah menyelesaikan studinya, Buss mengajar di berbagai universitas, termasuk Harvard University, University of Michigan, dan akhirnya kembali ke University of Texas di Austin, di mana ia menjadi profesor psikologi. Sepanjang karier akademiknya, ia berfokus pada penerapan teori evolusi dalam memahami perilaku manusia, terutama terkait dengan hubungan antarjenis kelamin, daya tarik fisik, dan motivasi seksual.

Penelitian Buss mendalami berbagai topik, seperti:

  • Preferensi pasangan: Ia menemukan bahwa pria dan wanita memiliki preferensi yang berbeda terkait karakteristik pasangan yang diinginkan, seperti usia, penampilan fisik, sumber daya ekonomi, dan kesetiaan.
  • Cemburu seksual dan emosional: Buss menemukan bahwa ada perbedaan dalam bagaimana pria dan wanita merespons ancaman terhadap hubungan mereka, dengan pria lebih cenderung cemburu secara seksual dan wanita lebih cenderung cemburu secara emosional.
  • Strategi reproduksi dan daya tarik: Ia mengeksplorasi bagaimana strategi reproduksi manusia dapat bervariasi tergantung pada lingkungan, konteks sosial, dan tujuan individu, seperti hubungan jangka pendek versus jangka panjang.

Buku dan Publikasi

David Buss adalah penulis beberapa buku terkenal, seperti:

  • "The Evolution of Desire: Strategies of Human Mating" (1994): Buku ini membahas strategi kawin manusia dan preferensi pasangan dari perspektif evolusioner.
  • "The Murderer Next Door: Why the Mind Is Designed to Kill" (2005): Buku ini mengeksplorasi kecenderungan agresi dan pembunuhan dalam konteks seleksi alam.
  • "Evolutionary Psychology: The New Science of the Mind": Sebuah buku teks yang sering digunakan untuk mengajarkan psikologi evolusioner di berbagai universitas.

Pengaruh dan Warisan

David Buss adalah salah satu tokoh utama yang mempopulerkan psikologi evolusioner, sebuah bidang yang berusaha menjelaskan bagaimana proses evolusi membentuk pikiran dan perilaku manusia. Teori Buss tentang strategi reproduksi dan perilaku sosial telah memberikan wawasan baru tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan dalam hal hubungan, seks, dan interaksi sosial.

Penelitiannya tidak hanya berdampak pada psikologi tetapi juga pada bidang antropologi, biologi, dan sosiologi, di mana perspektif evolusioner digunakan untuk memahami perilaku manusia secara lebih mendalam.

Kehidupan Pribadi

Buss tetap aktif dalam penelitian dan mengajar, dan ia terus meneliti topik-topik terkait perilaku manusia dan strategi perkawinan dari sudut pandang evolusi.

Buss adalah sosok penting yang telah membentuk pemahaman modern tentang bagaimana proses evolusi memengaruhi perilaku manusia, terutama dalam konteks hubungan antarjenis kelamin, motivasi seksual, dan strategi sosial.

BIOGRAFI ROGER WALCOTT SPERRY

Roger Wolcott Sperry (1913–1994) adalah seorang ahli saraf dan psikolog asal Amerika yang terkenal karena penelitiannya tentang otak belahan kiri dan kanan. Ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1981 untuk karyanya mengenai fungsi otak yang terpisah pada belahan kiri dan kanan, yang dikenal sebagai penelitian tentang "otak terbelah" (split-brain).

Kehidupan Awal dan Pendidikan
Penelitian dan Karier
Penemuan Utama
  • Belahan kiri umumnya bertanggung jawab untuk bahasa, logika, dan analisis matematis.
  • Belahan kanan lebih berhubungan dengan kreativitas, persepsi spasial, dan pengenalan pola.
Penghargaan dan Pengaruh
Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat

Roger Sperry lahir pada 20 Agustus 1913 di Hartford, Connecticut, Amerika Serikat. Setelah ayahnya meninggal ketika Sperry masih kecil, keluarganya pindah ke West Hartford, tempat ia menghabiskan masa kecilnya. Sperry menempuh pendidikan di Oberlin College, Ohio, di mana ia memperoleh gelar sarjana dalam sastra Inggris pada tahun 1935 dan gelar master dalam psikologi pada tahun 1937.

Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di bidang zoologi di University of Chicago, di mana ia bekerja dengan ahli biologi terkenal, Paul Weiss. Setelah menyelesaikan gelar Ph.D. pada tahun 1941, Sperry melanjutkan penelitiannya di National Institutes of Health dan di Yerkes Laboratories of Primate Biology.

Penelitian awal Sperry fokus pada neurobiologi dan perkembangan sistem saraf. Ia tertarik dengan pertanyaan tentang bagaimana saraf dan otak terhubung untuk menghasilkan perilaku dan kesadaran. Dalam percobaannya pada hewan, Sperry menunjukkan bahwa saraf dapat "tumbuh kembali" ke lokasi yang tepat setelah kerusakan, yang bertentangan dengan teori sebelumnya tentang fungsi saraf yang bersifat acak.

Namun, penelitian tentang "otak terbelah" yang membuatnya terkenal. Pada tahun 1960-an, Sperry dan rekan-rekannya melakukan eksperimen pada pasien epilepsi yang telah menjalani operasi callosotomy—pemotongan korpus kalosum (jembatan serat saraf yang menghubungkan belahan otak kiri dan kanan) untuk mengurangi kejang. Dengan memisahkan kedua belahan otak ini, Sperry dapat mempelajari bagaimana masing-masing belahan otak bekerja secara terpisah.

Melalui percobaan dengan pasien "otak terbelah", Sperry menemukan bahwa belahan kiri dan kanan otak memiliki fungsi yang berbeda:

Penemuan ini menunjukkan bahwa otak tidak berfungsi sebagai satu kesatuan yang sempurna, tetapi memiliki spesialisasi tugas yang berbeda di setiap belahan. Temuan Sperry tentang lateralitas otak ini mengubah pemahaman tentang bagaimana otak memproses informasi dan memiliki dampak besar pada bidang neuropsikologi, pendidikan, dan ilmu saraf.

Roger Sperry menerima berbagai penghargaan untuk kontribusinya dalam ilmu saraf, termasuk Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1981, yang ia bagi dengan dua peneliti lainnya, David H. Hubel dan Torsten Wiesel, yang bekerja di bidang neurobiologi visual.

Penelitiannya memiliki implikasi besar tidak hanya dalam ilmu saraf, tetapi juga dalam psikologi dan pendidikan, karena membantu memahami bahwa orang mungkin memiliki kecenderungan untuk menggunakan satu belahan otak lebih dominan daripada yang lain, yang mempengaruhi cara mereka belajar dan berpikir.

Roger Sperry menikah dengan Norma Gay Deupree pada tahun 1949, dan mereka memiliki dua anak. Di luar penelitiannya, ia dikenal sebagai seseorang yang memiliki minat dalam isu-isu filosofis dan etika, khususnya terkait dengan kesadaran dan hubungan antara pikiran dan tubuh.

Roger Sperry meninggal pada 17 April 1994 di Pasadena, California, akibat komplikasi penyakit degeneratif saraf. Karyanya dalam memetakan fungsi belahan otak tetap menjadi warisan yang penting dalam pemahaman tentang cara kerja otak manusia.