Showing posts with label Teori. Show all posts
Showing posts with label Teori. Show all posts

PSIKOLOGI EKSISTENSIAL

Psikologi Eksistensial dapat dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan empiris tentang eksistensi manusia yang menggunakan metode analisis fenomenologis. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data (yang terberi) tentang pengalaman langsung. Fenomenologi berusaha memahami gejala-gejala. Van Kaam menjelaskan fenomenologi sebagai metode dalam psikologi yang berusaha untuk menyingkapkan dan menjelaskan gejala-gejala tingkah laku sebagaimana gejala-gejala tingkah laku tersebut mengungkapkan dirinya secara langsung dalam pengalaman.

Psikologi eksistensial berkeberatan terhadap pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi. Yang ada hanya rangkaian urutan tingkah laku. Dengan menolak kausalitas, psikologi eksistensial juga menolak positivisme, determinisme, dan materialisme. Psikologi eksistensial menyatakan bahwa  psikologi tidak sama dengan ilmu-ilmu lainnya dan tidak akan menirunya.

Psikologi eksistensial mengganti konsep kausalitas dengan konsep motivasi. Motivasi dan pemahaman merupakan prinsip-prinsip operatif dalam analisis eksistensi tingkah laku. Selain itu, psikologi eksistensi juga menolak adanya dualisme antara jiwa (subyek) dan badan, lingkungan, dan benda (obyek). Dualisme ini dianggap berasal dari Descartes dan mengakibatkan orang menjelaskan pengalaman dan tingkah laku manusia dari sudut rangsangan-rangsangan lingkungan atau keadaan-keadaan badaniah. Secara garis besar, psikologi eksistensial menolak melihat individu sebagai benda.

KONSEP-KONSEP PSIKOLOGI EKSISTENSIAL
·         Ada-di-dunia (Dasein)
Konsep fundamental dalam psikologi eksistensial adalah Dasein. Dasein (ada-di-dunia) merupakan eksistensi manusia, yang bukan merupakan milik atau sifat seseorang, bukan bagian dari ‘ada’ manusia seperti ‘ego’nya Freud atau ‘anima’nya Jung. Melainkan keseluruhan eksistensi manusia.
·         Ada Melampaui Dunia
Dengan istilah ada-melampaui-dunia, Binswanger tidak mengartikan dunia lain (surga) melainkan mau mengungkapkan begitu banyak kemungkinan yang dimiliki manusia untuk mengatasi dunia yang disinggahinya dan memasuki dunia baru. Apabila seseorang membiarkan dirinya dikuasai oleh orang-orang lain atau oleh lingkungan, maka manusia itu hidup dalam suatu eksistensi yang tidak autentik.
·         Dasar Ekspektasi
Pandangan eksistensial menekankan bahwa manusia adalah kebebasan. Namun terdapat batas dalam kebebasan itu sendiri, yaitu “keterlemparan.” Kondisi “keterlemparan” ini yaitu cara manusia menemukan dirinya dalam dunia yang menjadi dasarnya, merupakan nasibnya. Manusia harus hidup sampai nasibnya berakhir untuk mencapai kehidupan yang autentik.
·         Rancangan Dunia
Rancangan-dunia adalah pola yang meliputi cara ada-di-dunia seorang individu. Rancangan-dunia seseorang menentukan cara bagaimana ia akan bereaksi terhadap situasi-situasi khusus serta ciri sifat dan simtom apa yang akan dikembangkannya.

·         Cara-cara ada di Dunia
Seorang individu yang hidup untuk dirinya sendiri telah memilih suatu cara tunggal dalam eksistensi, sedangkan orang yang menjadikannya dirinya tenggelam di tengah orang banyak telah memilih cara anonimitas.
·         Eksistensial
Sifat-sifat yang melekat dalam setiap eksistensi manusia, menurut pandangan Boss, disebut eksistensial. Diantara eksistensial yang penting adalah :
1.       Spasialitas Eksistensi
2.       Temporalitas Eksistensi
3.       Badan/ Fisiologis
4.       Eksistensi manusia di dunia sebagai milik bersama
5.       Suasana Hati/ Penyesuaian
·         Dinamika
Seorang individu bukanlah mangsa lingkungan dan juga bukanlah mahluk yang terdiri dari insting-insting, kebutuhan-kebutuhan, dan dorongan-dorongan. Akan tetapi dia memiliki kebebasan untuk memilih, dan hanya ia sendiri yang bertanggung jawab terhadap eksistensinya. Namun, kebebasan memilih ini tidak menjamin bahwa pilihan yang sudah ditentukan merupakan pilihan yang bijaksana. Maka keterbukaan adalah prasarat untuk penyingkapan, dan ketertutupan merupakan dasar untuk penyembunyian.
·         Perkembangan

Konsep eksistensial tentang perkembangan yang penting ialah konsep tentang “menjadi” (Becoming). Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi sesuatu yang baru, mentransendensi atau mengatasi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi manusia sepenuhnya.

Materi selengkapnya silakan download disini

PERSONOLOGI HENRY A. MURRAY

DEFINISI
Istilah Personologi merupakan suatu ringkasan dari teori yang memfokuskan diri pada individu-individu dengan seluruh kompleksitasnya. Istilah ini dikemukakan oleh Henry Murray (1983) untuk memahami individu secara penuh. Dia menyatakan bahwa satu bagian tingkah laku tidak dapat dipahami terlepas dari semua bagian lainnya dalam pribadi yang berfungsi.
Dia berkeyakinan bahwa sebelum memahami dengan menganalisis secara mendalam lingkungan tingkah laku, seseorang tidak dapat menjelaskan tingkah laku secara memadai. Dalam pandangan Murray, sejarah individu benar-benar sama pentingnya seperti keadaan individu beserta lingkungannya masa kini.
Ciri paling khusus dari teori Murray adalah pembahasan yang sangat terinci tentang motivasi, pembahasan yang sangat terinci tentang motivasi, tentang regnancy (proses fisiologis yang membarengi proses psikologis yang dominan). Dia menekankan bahwa otak menjadi pusat/locus kepribadian dan semua bagiannya.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Murray berpendapat bahwa kepribadian berada dalam keadaan yang berubah. Karena itu, meskipun pandangannya tentang struktur kepribadian dipengaruhi oleh Psikoanalisis, dia tetap berhati-hati dalam memakai istilah “struktur” karena kata tersebut memiliki makna konotasinya dengan sifat tetap, teratur, dan tunduk pada suatu hukum.
·                  Dalam merumuskan kepribadian, Murray sangat berorientasi pada pandangan yang memberi bobot memadai pada, sejarah organisme, fungsi kepribadian yang bersifat mengatur, cirri-ciri berulang dan baru pada tinggah laku individu, kakikat kepribadian yang abstrak dan konseptual, proses-proses fisiologis yang mendasari proses-proses psikologis.
·              Proceeding (interaksi antara subyek – obyek atau subyek – subyek, dalam jangka waktu cukup lama sehingga mencakup unsur-unsur penting dalam suatu sekuen tingkah laku tertentu). Sifatnya internal (melamun, memecahkan masalah, menyusun rencana dalam keheningan). Sifatnya eksternal (berinteraksi dengan orang-orang atau obyek-obyek dalam lingkungan).
·          Proceeding Program Serial Tujuan/ cita-cita (semua proses dinamakan Ordinasi : Program atau jadwal yang tersusun).
·         Ordinasi merupakan proses jiwa tinggi, setingkat dengan kognisi atau pemahaman.
·                    Abilitas dan prestasi à Komponen individu ini menjembatani disposisi-disposisi dengan tindakan serta hasil-hasil ke arah mana disposisi ini ditujukan.
·         Id, Ego, Super Ego, dan, Ego-Ideal
-    Id à Gudang impuls-impuls yang bersifat primitive yang menjadi sumber energi
-   Ego à Organisator atau integratof sentral tingkah laku. Kekuatan dan keberhasilan ego merupakan factor penentu penting bagi penyesuaian diri individu.
-     Super Ego à hasil penanaman kebudayaan
-     Ego Ideal àgambaran diri yang diangan-angankan (sekumpulan ambisi pribadi)

DINAMIKA KEPRIBADIAN
TIPE-TIPE KEBUTUHAN
  • Kebutuhan Primer vs Kebutuhan Sekunder
  • Kebutuhan-kebutuhan terbuka vs Kebutuhan-kebutuhan tertutup
  • Kebutuhan yang memusat vs Kebutuhan yang menyebar
  • Kebutuhan Proaktif vs Kebutuhan Reaktif
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
  1. Kompleks-kompleks kanak-kanak
  2. Faktor-faktor Genetis dan Pematangan
  3. Belajar
  4. Faktor-faktor Sosio-Kultural
  5. Keunikan
  6. Proses-proses Tak Sadar
  7. Proses Sosialisasi
Materi selengkapnya silakan dowanload disini

FILSAFAT ILMU

PENGERTIAN
Filsafat Ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.

Istilah lain dari filsafat ilmu :
      Theory of science (Teori ilmu/pengetahuan ilmiah)
      Metascience (adi-ilmu)
      Science of science (ilmu tentang ilmu)

The Liang Gie mendefinisikan filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
Filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.       Arti Luas : menampung permasalahan yang menyangkut berbagai hubungan ke luar dari kegiatan ilmu, seperti :
-          Implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia ilmu yang bersifat ilmiah
-          Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggara ilmu
-          Konsekuensi pragmatic-etik penyelenggara ilmu, dsb.
2.       Arti Sempit : menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Filsuf pengamat sejarah John Losee menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi :
1.       Berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia yang sesuai atau berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting
2.       Berusaha memaparkan praanggapan dan kecenderungan para ilmuwan.
3.       Sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan teori dari ilmu
4.       Sebagai penetahuan kritis derajat kedua yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.
Sebagai pemikiran tingkat dua, filsafat ilmu melakukan analisis terhadap ilmu untuk menjawab pertanyaan berikut :
  1. Ciri-ciri apakah yang membedakan penyelidikan ilmiah dari ragam penyelidikan lainnya?
  2. Prosedur apa yang harus ditempuh para ilmuwan dalam menyelidiki alam ?
  3. Persyaratan apakah yang harus dipenuhi agar suatu penjelasan ilmiah betul ?
  4.       Apakah kedudukan kognitif dari dalil dan asas ilmiah ?
PROBLEM DALAM FILSAFAT ILMU
Secara ringkas, problem dalam filsafat ilmu adalah :
1. Problem-problem epistimologis tentang ilmu
2.  Problem-problem metafisis tentang ilmu
3.  Problem-problem metodologis tentang ilmu
4.  Problem-problem logis dalam ilmu
5.  Problem-problem etis tentang ilmu
6.  Problem-problem estetis dalam ilmu
  Materi selengkapnya silakan download disini

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI KLINIS

Definisi Menurut American Psychological Association’s (APA) Clinical Section :
                Suatu wujud psikologi terapan yang bermaksud memahami kapasitas perilaku dan karakteristik individu yang dilaksanakan melalui metode pengukuran, analisis, serta pemberian saran dan rekomendasi, agar individu mampu melakukan penyesuaian diri secara patut.

CIRI DAN SIFAT
·    Memiliki orientasi ilmiah-profesional. Yaitu, berupa penggunaan metode ilmu dan kaidah psikologi, dalam pemberian bantuan terhadap individu yang menderita masalah-masalah psikologis melalui intervensi dan evaluasi psikologis.
·    Menampilkan kompetensi psikolog, karena psikolog klinis terlatih dalam menggunakan petunjuk dan pengetahuan psikologi dalam kerja profesionalnya.
·    Menampilkan kompetensi klinikus/klinisi, karena berusaha memahami orang lain dalam kompleksitas alamiah dan transformasi adaptif secara terus menerus atau berkelanjutan.
·    Ilmiah, karena menggunakan metode ilmiah untuk mencapai presisi dan objektivitas dalam cara kerja profesionalnya dengan tetap melakukan validasi untuk setiap individu yang ditanganinya.
·    Profesional, karena lebih menyumbangkan pelayanan kemanusiaan yang penting bagi individual, kelompok sosial, dan komunitas untuk memecahkan masalah psikososial dan meningkatkan kualitas hidup.
ORIENTASI PSIKOLOGI KLINIS
a.  Titik Pandang Dasar Klinis
Tugas yang dihadapi psikolog klinis : Memahami masalah-masalah yang dihadapi pasien dan cara pasien menyelesaikan atau berusaha untuk menyelesaikan maslah-masalah itu. Jika cara penyelesaiannya tepat, disebut sebagai penyesuaian yang baik. Kalau tidak tepat, mengindikasikan adanya ketidaksesuaian, maladaptif, atau psikopatologi. Bagi Psikolog klinis, perbedaan antara normal dan abnormal hanya memiliki arti yang tidak signifikan.
b. Aspek-aspek Kepribadian
Tiga aspek yang umumnya perlu dipahami untuk tujuan teoritis studi klinis.
-          Motivasi
-          Kapasitas
-          Pengendalian / Kontrol

WUJUD PENGENDALIAN
·    Pengendalian berlebih, Overcontrol atau represi
·    Pengendalian lemah, Undercontrol atau overexpressiveness
·    Pengendalian tentative, Tentative control atau anxiety (Cemas)
·    Pengendalian terganggu, Inadequate
·    Pengendalian ideal, pengendalian yang melahirkan penyesuaian yang tepat

PERAN PSIKOLOGI KLINIS
1. Terapi dan modifikasi tingkah laku
2.    Asesmen
3.   Pengajaran dan Supervisi
4.   Konsultasi
  Materi Selengkapnya silakan download disini

DINAMIKA KELOMPOK PART 1

Pengertian Kelompok
1.       Berdasarkan Persepsi, Kelompok adalah satu unit  yang terdiri dari sejumlah orang  yang memiliki persepsi kolektif mengenai kesatuan mereka dan memiliki  kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap lingkungan mereka. (Smith)
2.       Berdasarkan Motivasi, Kelompok adalah kumpulan individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan lainnya. (Cattell)
3.       Berdasarkan Tujuan, Kelompok adalah unit yang terdiri dua orang atau lebih dan berada   pada satu kelompok untuk satu tujuan. (Mills)
4.       Berdasarkan Organisasi, Kelompok adalah suatu sistem yg diorganisasikan pada 2 orang atau lebih  yang dihubungkan satu dengan lainnya, memiliki sekumpulan peran dan norma yang mengatur fungsi kelompok dan setiap anggotanya. (Mc. David & Harari)
5.       Berdasarkan Interdependensi, Kelompok adalah sekumpulan individu yg melakukan hubungan dengan orang lain yang menunjukkan saling ketergantungan pada tingkatan yang berarti. (Cartwright & Zender)
6.       Berdasarkan Interaksi, Kelompok adalah sejumlah orang yang berinteraksi dengan sesama lainnya, dan proses interaksi membedakan bentuk kelompok-kelompok bersama dengan kelompok yang lainnya. (Boner)

Ciri-ciri Kelompok Sosial
·         Adanya Motif yg sama
·         Adanya sikap in-group dan out group
·         Adanya  solidaritas
·         Adanya struktur : fungsional dan hirarkis
·         Adanya Norma yg ideal tertulis atau tidak tertulis

Motivasi Masuk Kelompok
Bentuk-Bentuk Kelompok
1.       Kelompok Primer vs Kelompok Sekunder
Kelompok Primer : Mempunyai pola interaksi yg intensif, suatu perasaan keakraban, kebersamaan, loyalitas dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-nilai dari para anggotanya. Contoh : Kelompok belajar, kelompok agama, keluarga
Kelompok Sekunder: Kelompok besar terdiri dari banyak orang, pola hubungan yg tak  langsung, interaksinya didasarkan pd pertimbangan yg obyektif dan rasional formal. Contoh :  Partai politik, serikat pekerja
2.       Kelompok Formal vs  Kelompok Informal
Kelompok Formal ; Kelompok yang mempunyai peraturan tertulis  dan tegas yang sengaja diciptakan untuk mengatur hubungan  diantara anggotanya. Contoh  :  Organisasi  profesi
Kelompok Informal: Kelompok yang tidak berstatus resmi dan tidak didukung aturan tertulis.

3.       Membership Group vs Reference Group

Membership Group : Kelompok tempat /wadah seseorang secara fisik menjadi  anggota.     Reference Group : Kelompok tempat seseorang mengidentifikasikan diri, menyetujui norma-norma, tujuan dan sikap individu di dalamnya meskipun seseorang tersebut tidak menjadi anggota kelompok tersebut
4.       Gemeinschaft vs Gesellschaft
Gemeinschaft : Bentuk kehidupan bersama yang  anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat kekal dan alamiah. Contoh : Keluarga
Gesellschaft : Ikatan lahir yg bersifat pokok  untuk waktu jangka pendek, bersifat sebagai  sikap dalam pikiran dan strukturnya bersifat mekanis. Contoh : Organisasi pengusaha
5.       Beberapa Jenis Kelompok sebagai media pertolongan pekerjaan sosial, yaitu :
·         Social Conversation Group
·         Recreation Group
·         Educational Group
·         Self Help Group
·         Problem Solving and Decition  Making Group
·         Socialition Group
·         Therapeutic Group
·         Sensitivity Group, dll.
Materi Selengkapnya Silakan anda download disini

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI ANAK DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

Perbedaan fase perkembangan status sosial di dunia anak-anak dalam persahabatan dan mendapatkan kawan bermain di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah, berbeda dengan pengertian persahabatan yang terjadi pada orang dewasa, untuk orang dewasa persahabatan adalah suatu ikatan relasi dengan orang lain, di mana kepercayaan, pengertian, pengorbanan dan saling membantu satu sama lainnya akan terjalin dalam periode yang lama, sedangkan di dunia anak-anak tidak seperti halnya yang terjadi pada orang dewasa, di dunia anak-anak persahabatan terjalin tidak untuk waktu yang lama, terkadang bila terjadi masalah yang kecil saja, jalinan persahabatan tersebut akan terputus.


Ada dua metode penelitian untuk mengetahui arti persahabatan dan kawan bermain di dalam dunia anak-anak :
1. Dengan cara kita mengajukan beberapa pertanyaan, seperti ;
Siapa teman dekatmu ? kenapa dia ? apa yang kamu senangi dari dia ?
2. Dengan cara kita bercerita tentang persahabatan, kemudian kedua orang sahabat tersebut bertengkar karena mereka tidak dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik.

Dari kedua metode tersebut, metode yang nomor dua kita akan banyak mendapatkan informasi, kemudian kita ajukan pertanyaan kepada anak ; Harus bagaimanakah situasi itu diselesaikan ?
Dari banyak informasi yang diberikan anak tersebut, kita akan mendapatkan kesimpulan yang kita bagi dalam beberapa fase, seperti ;

Fase Pertama ;
- Teman untuk bermain
Teman bermain untuk usia anak antara 5 sampai 7 tahun.
Bagi mereka, teman adalah seseorang yang mempunyai mainan yang menarik yang tempat tinggalnya dekat di sekitar mereka, dan mereka mempunyai ketertarikkan yang sama.
Fase Kedua
- Teman untuk bersama
Teman bermain dan membangun kepercayaan, untuk usia anak antara 8 sampai 10 tahun.
Dalam usia mereka ini, pengertian teman sedikit lebih luas dari pada fase pertama, karena arti teman bagi mereka sudah melangkah ke perasaan saling percaya, saling membutuhkan dan saling mengunjungi.

Fase Ketiga
- Persahabatan yang penuh dengan saling pengertian
Terjadi pada anak usia 11 sampai 15 tahun, bagi mereka arti teman tidak hanya sekedar untuk bermain saja, di sini seorang teman harus juga bisa berfungsi sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan dan pengertian.

 Faktor-faktor penting yang mempengaruhi dalam status sosial anak
1. Cara orang tua mendidik dan membina anak
2. Urutan kelahiran
3. Kecakapan dan keterampilan mengambil peran
4. Nama      
5 Daya tarik
6. Perilaku

Secara umum faktor-faktor di atas terdapat pada anak-anak yang populer, dan factor-faktor tersebut dapat menentukan status sosial anak, tetapi tidak selamanya anak  populer pada nantinya dapat menentukan status sosial, sebagian anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang selalu terjaga pendidikannya, intellegensinya, cakap dan terampil, mempunyai nama yang baik serta menarik tetapi tidak popular, sebagian lagi ada juga anak-anak yang tumbuh dari lingkungan yang bermasalah, kurang perhatian dari orang tua, mempunyai nama yang kurang bagus, dan tidak memiliki daya tarik, tetapi bisa juga menjadi populer. 

Jika anak-anak ini lemah dalam menghadapi ejekkan-ejekkan atau godaan dari anak-anak lainnya, maka hal tersebut dapat membentuk perilaku dan proses belajarnya akan terganggu.
Beberapa problem pada anak-anak yang terasingkan, antara lain ;
 secara terbuka mereka diasingkan
- sering terlibat dalam hal-hal kejadian interaksi yang negatif
- mempunyai masalah perilaku
-  sering memperlihatkan perilaku agresif
 mempunyai status negatif yang stabil
 sering bermasalah di sekolah

 Secara umum anak-anak yang terasingkan, berreaksi dengan dua cara :
1. Menarik diri
2. Perilaku anti sosial

Materi Selengkapnya Silahkan dowanload disini


TEORI MOTIVASI DAVID C. McCLELLAND

Teori mengenai motivasi atau kebutuhan manusia selama ini mungkin yang lebih Anda kenal adalah teori dari Abraham Maslow dengan hierarki kebutuhannya.

Tapi, sebenarnya ada banyak para ahli dengan pendapat mereka masing-masing tentang teori motivasi, termasuk David McClelland.

Menurut Mclelland, ada tiga hal yang melatar belakangi motivasi seseorang:

1. The Need for Achievement (n-ach) – Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian
Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi.

Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan.

Tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.

2. The Need for Authority and Power (n-pow) – Kebutuhan akan Kekuasaan
Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain. Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial.

Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.

3. The Need for Affiliation (n-affil) – Kebutuhan akan Afiliasi / Keanggotaan
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya.

McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya.

Sedangkan, sebab-sebab n-affil dari seseorang bisa bermacam-macam, dan salah satu contohnya bisa Anda lihat dari tragedi 11 September di Amerika Serikat. Setelah kejadian tersebut, banyak orang-orang Amerika yang melupakan kepentingan mereka dan memilih untuk bersatu sehingga mereka memiliki rasa aman.

TEORI ALBERT BANDURA

Behaviorisme, dengan tekanannya pada metode eksperimen, terfokus pada variabel yang dapat kita amati, ukur, dan manipulasi, dan menghindari apapun yang bersifat subjektif, internal, dan tidak tersedia – mental. Pada metode eksperimen, prosedur standarnya adalah memanipulasi satu variabel, kemudian mengukur dampaknya pada yang lain. Semua ini bermuara pada suatu teori kepribadian yang menyatakan bahwa lingkungan mempengaruhi perilaku seseorang.

Bandura berpikir bahwa ini agak terlalu sederhana untuk fenomena yang sedang ia amati – agresi pada remaja – dan memutuskan untuk menambahkan sesuatu pada rumusan di atas yaitu ia membenarkan bahwa lingkungan menyebabkan suatu perilaku, tetapi perilaku mempengaruhi suatu lingkungan juga. Ia menamai konsep ini sebagai reciprocal determinism (determinisme timbal balik): dunia dan perilaku seseorang saling menyebabkan satu sama lain.



Ada tiga konsep inti di teori pembelajaran sosial ini. Pertama, adalah gagasan bahwa orang dapat belajar melalui observasi, kedua, gagasan yang menyatakan mental internal merupakan bagian penting dari proses ini. Terakhir, teori ini menyatakan bahwa hanya karena seseorang memplajari sesuatu bukan berarti selalu terjadi perubahan dalam perilakunya. Ketiga konsep tersebut akan diuraikan secara lebih rinci pada uraian di bawah ini.
  1. Orang dapat belajar melalui observasi
Bandura mengidentifikasi tiga model dasar pembelajarn observasional:
  • Model hidup, yang melibatkan seorang individu nyata mendemostrasikan sebuah perilaku.
  • Model instruksional verbal, yang melibatkan deskripsi atau penjelasan dari sebuah perilaku
  • Model simbolik, yang melibatkan karakter nyata atau fiksi menampilkan perilaku dalam buku-buku, film, program televisi, atau media online.
Keadaan mental penting untuk pembelajaran

Bandura mengemukakan bahwa penguatan eksternal dan lingkungan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi pembelajaran dan perilaku. Dia menggambarkan penguatan intrinsik sebagai bentuk penghargaan internal, seperti rasa bangga, puas, dan sensasi dari perolehan sebuah prestasi atau pencapaian. Penekanan pada pikiran internal dan kesadaran menjadi penghubung antara teori pembelajaran dan teori perkembangan kognitif. Sementara banyak buku teks yang menempatkan teori pembelajaran sosial dengan teori tingkah laku (behaviorisme), Bandura sendiri mendiskripsikan pendekatannya sebagai “teori kognitif sosial”.
Belajar tidak selalu mengarah pada perubahan perilaku

Penganut paham behaviorisme percaya bahwa belajar menyebabkan perubahan permanen dalam perilaku, sedangkan pembelajaran observasional menunjukkan bahwa orang dapat mempelajari informasi baru tanpa menunjukkan perilaku baru.
  1. Pembelajaran Observasional atau pemodelan
Bandura mengatakan bahwa seseorang belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, sikap, dan hasil dari perilaku tersebut. “Sebagian besar perilaku manusia dipelajari dengan mengamati melalui pemodelan: dari mengamati orang lain terbentuk gagasan tentang perilaku baru dilakukan, dan kemudian informasi (gagasan) tersebut menjadi panduan dalam melakukan tindakan.” (Bandura). Teori pembelajaran sosial menjelaskan perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Bandura menetapkan bahwa ada langkah tertentu yang terlibat dalam proses pemodelan:
  1. Attention (perhatian) – jika kita ingin belajar sesuatu, kita harus memperhatikan. Apapun yang mengurangi perhatian, akan memberikan dampak negatif pada pembelajaran observasional. Misalnya kita sedang mengantuk, sakit, panik, gugup akan mengurangi perhatian kita pada apa yang sedang kita pelajari.
  2. Retention (penyimpanan) – Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Retensi dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, tetapi kemampuan untuk memperoleh informasi dan kemudian bertidak sangat penting pada pembelajaran observasional.
  3. Reproduction (Reproduksi) – mereproduksi gambaran yang bisa berupa tingkah laku nyata, atau pun imajinasi ketika kita melakukan hal yang sedang kita perhatikan.
  4. Motivasi – Dan tentu saja, dengan semua hal di atas, kita tidak akan melakukannya jika tidak memiliki motivasi untuk mengimitasi, yaitu memiliki alasan yang tepat untuk mengimitasi. Bandura mengklasifikasikan alasan mengimitiasi menjadi hal-hal di bawah ini:
  1. Past reinforcement
  2. Promised reinforcement
  3. Vicarous reinforcement
Tentu saja, ada motivasi negatif, yang memberikan kita alasan untuk tidak mengimitasi seseorang:
  1. Past punishment
  2. Promised punishment
  3. Vicarous punishment
Bandura percaya pada “determinisme timbal balik”, yaitu dunia dan perilaku seseorang menyebabkan setiap lain, sedangkan behaviorisme dasarnya menyatakan bahwa lingkungan seseorang menyebabkan perilaku seseorang, Bandura, yang sedang belajar agresi remaja, menemukan ini terlalu sederhana, dan di samping itu dia menyarankan bahwa perilaku menyebabkan lingkungan juga. Kemudian, Bandura segera dianggap sebagai kepribadian sebagai interaksi antara tiga komponen: lingkungan, perilaku, dan proses psikologis seseorang (kemampuan seseorang untuk menghibur gambar dalam pikiran dan bahasa).
 Teori pembelajaran sosial kadang-kadang disebut sebagai jembatan antara behavioris dan teori pembelajaran kognitif karena meliputi perhatian, memori, dan motivasi. Teori ini berkaitan dengan Teori Pembangunan Sosial Vygotsky dan teori Belajar tersituasi dari Lave, yang juga menekankan pentingnya belajar sosial.

Self Regulation


Self regulation (kontrol diri) aturan yang kita tetapkan untuk mengontrol diri kita sendiri. Menurut Bandura, ada tiga langkah yang bisa dilakukan, antara lain:
  1. Pengamatan diri. Kita melihat diri kita sendiri, mengenali diri sendiri.
  2. Penilaian. Kita membandingkan apa yang kita lihat dengan apa yang menjadi standar.
  3. Respon diri. Jika sudah membandingkan dengan standar, kita memberi reward jika kita kita mencapai standar, atau kita memberi punishment (hukuman) jika tidak mencapai standar. Baik reward maupun punishment, ada dua macam, yaitu yang terlihat dan yang tidak terlihat. Yang terlihat misalnya, makan-makan, jalan-jalan, ataupun berjanji tidak nonton tivi terlalu banyak. Yang tidak terlihat misalnya perasaan bangga, puas ataupun perasaan bersalah dan malu.
Menghukum diri sendiri dengan berlebihan akan menjadikan hal yang buruk terjadi pada diri sendiri. Bandura melihat tiga kemungkinan hasil dari menghukum sendiri yang berlebihan:
  1. Kompensasi, misalnya delusi.
  2. Tidak aktif, misalnya apatis, depresi, bosan yang berlebihan.
  3. Melarikan diri, misalnya dengan obat-obatan dan alkohol, atau bahkan bunuh diri.
Bandura merekomendasikan untuk mereka yang menderita miskin konsep diri untuk mempraktekan self regulation dengan cara sebagai berikut:
  1. pengamatan diri – kenali diri sendiri! Pastikan Anda memiliki gambaran yang akuran tentang perilaku Anda.
  2. penilaian – jangan patok standar terlalu tinggi! Sesuaikan dengan kemampuan dan usaha Anda.
  3. respon diri – Gunakan reward, bukan punishment. Rayakan kemenangan Anda, jangan terpaku pada kegagalan.
 Referensi :
Social Learning Theory (Bandura). Diakses dari http://www.learning-theories.com/social-learning-theory-bandura.html
http://psychology.about.com/od/developmentalpsychology/a/sociallearning.htm
Boree, George. 2006. Albert Bandura. Diakses dari http://webspace.ship.edu/cgboer/bandura.html
 

TEORI ABRAHAM HAROLD MASLOW

Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu dipenuhi.

Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada pada tingkat di bawahnya.

Lima (5) kebutuhan dasar Maslow - disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1. Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.

2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.

4. Kebutuhan Penghargaan
Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.

TEORI BURRHUSM FREDERIC SKINNER

Burrhus Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas ibu rumah tangga. Asuhan-Nya telah tua dan bekerja keras.

Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)

B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.

Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan.

Menajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.