PSIKOLOGI EKSISTENSIAL

Psikologi Eksistensial dapat dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan empiris tentang eksistensi manusia yang menggunakan metode analisis fenomenologis. Fenomenologi adalah deskripsi tentang data (yang terberi) tentang pengalaman langsung. Fenomenologi berusaha memahami gejala-gejala. Van Kaam menjelaskan fenomenologi sebagai metode dalam psikologi yang berusaha untuk menyingkapkan dan menjelaskan gejala-gejala tingkah laku sebagaimana gejala-gejala tingkah laku tersebut mengungkapkan dirinya secara langsung dalam pengalaman.

Psikologi eksistensial berkeberatan terhadap pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu pengetahuan alam dalam psikologi. Yang ada hanya rangkaian urutan tingkah laku. Dengan menolak kausalitas, psikologi eksistensial juga menolak positivisme, determinisme, dan materialisme. Psikologi eksistensial menyatakan bahwa  psikologi tidak sama dengan ilmu-ilmu lainnya dan tidak akan menirunya.

Psikologi eksistensial mengganti konsep kausalitas dengan konsep motivasi. Motivasi dan pemahaman merupakan prinsip-prinsip operatif dalam analisis eksistensi tingkah laku. Selain itu, psikologi eksistensi juga menolak adanya dualisme antara jiwa (subyek) dan badan, lingkungan, dan benda (obyek). Dualisme ini dianggap berasal dari Descartes dan mengakibatkan orang menjelaskan pengalaman dan tingkah laku manusia dari sudut rangsangan-rangsangan lingkungan atau keadaan-keadaan badaniah. Secara garis besar, psikologi eksistensial menolak melihat individu sebagai benda.

KONSEP-KONSEP PSIKOLOGI EKSISTENSIAL
·         Ada-di-dunia (Dasein)
Konsep fundamental dalam psikologi eksistensial adalah Dasein. Dasein (ada-di-dunia) merupakan eksistensi manusia, yang bukan merupakan milik atau sifat seseorang, bukan bagian dari ‘ada’ manusia seperti ‘ego’nya Freud atau ‘anima’nya Jung. Melainkan keseluruhan eksistensi manusia.
·         Ada Melampaui Dunia
Dengan istilah ada-melampaui-dunia, Binswanger tidak mengartikan dunia lain (surga) melainkan mau mengungkapkan begitu banyak kemungkinan yang dimiliki manusia untuk mengatasi dunia yang disinggahinya dan memasuki dunia baru. Apabila seseorang membiarkan dirinya dikuasai oleh orang-orang lain atau oleh lingkungan, maka manusia itu hidup dalam suatu eksistensi yang tidak autentik.
·         Dasar Ekspektasi
Pandangan eksistensial menekankan bahwa manusia adalah kebebasan. Namun terdapat batas dalam kebebasan itu sendiri, yaitu “keterlemparan.” Kondisi “keterlemparan” ini yaitu cara manusia menemukan dirinya dalam dunia yang menjadi dasarnya, merupakan nasibnya. Manusia harus hidup sampai nasibnya berakhir untuk mencapai kehidupan yang autentik.
·         Rancangan Dunia
Rancangan-dunia adalah pola yang meliputi cara ada-di-dunia seorang individu. Rancangan-dunia seseorang menentukan cara bagaimana ia akan bereaksi terhadap situasi-situasi khusus serta ciri sifat dan simtom apa yang akan dikembangkannya.

·         Cara-cara ada di Dunia
Seorang individu yang hidup untuk dirinya sendiri telah memilih suatu cara tunggal dalam eksistensi, sedangkan orang yang menjadikannya dirinya tenggelam di tengah orang banyak telah memilih cara anonimitas.
·         Eksistensial
Sifat-sifat yang melekat dalam setiap eksistensi manusia, menurut pandangan Boss, disebut eksistensial. Diantara eksistensial yang penting adalah :
1.       Spasialitas Eksistensi
2.       Temporalitas Eksistensi
3.       Badan/ Fisiologis
4.       Eksistensi manusia di dunia sebagai milik bersama
5.       Suasana Hati/ Penyesuaian
·         Dinamika
Seorang individu bukanlah mangsa lingkungan dan juga bukanlah mahluk yang terdiri dari insting-insting, kebutuhan-kebutuhan, dan dorongan-dorongan. Akan tetapi dia memiliki kebebasan untuk memilih, dan hanya ia sendiri yang bertanggung jawab terhadap eksistensinya. Namun, kebebasan memilih ini tidak menjamin bahwa pilihan yang sudah ditentukan merupakan pilihan yang bijaksana. Maka keterbukaan adalah prasarat untuk penyingkapan, dan ketertutupan merupakan dasar untuk penyembunyian.
·         Perkembangan

Konsep eksistensial tentang perkembangan yang penting ialah konsep tentang “menjadi” (Becoming). Eksistensi tidak pernah statis, tetapi selalu berada dalam proses menjadi sesuatu yang baru, mentransendensi atau mengatasi diri sendiri. Tujuannya adalah untuk menjadi manusia sepenuhnya.

Materi selengkapnya silakan download disini

0 comments:

Post a Comment