BIOGRAFI JOHN BROADUS WATSON

John Broadus Watson (1878–1958) adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme, yang berfokus pada studi tentang perilaku yang dapat diamati secara objektif, daripada proses mental atau pengalaman subjektif. Ia memainkan peran penting dalam menggeser fokus psikologi dari introspeksi dan studi tentang pikiran, ke pendekatan yang lebih ilmiah dan objektif.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

John B. Watson lahir pada 9 Januari 1878 di Traveler's Rest, South Carolina, Amerika Serikat. Masa kecilnya tidak mudah, karena keluarganya mengalami kesulitan ekonomi, dan ayahnya meninggalkan keluarga ketika Watson berusia 13 tahun. Meski mengalami berbagai kesulitan, Watson menunjukkan kecerdasan yang tinggi, dan pada usia 16 tahun, ia masuk ke Furman University, di mana ia meraih gelar sarjana dan master.

Watson melanjutkan pendidikannya di University of Chicago, di mana ia meraih gelar Ph.D. dalam psikologi pada tahun 1903. Di sana, ia mulai mengembangkan minat dalam bidang psikologi perilaku dan fisiologi hewan.

Karier dan Kontribusi

Setelah mendapatkan gelar doktornya, Watson mengajar di Johns Hopkins University dan menjadi salah satu tokoh paling menonjol dalam psikologi Amerika. Pada tahun 1913, Watson menerbitkan artikel berjudul "Psychology as the Behaviorist Views It," yang dikenal sebagai "Manifesto Behaviorisme." Dalam artikel ini, ia menyerukan agar psikologi menjadi ilmu yang lebih objektif, dengan berfokus pada perilaku yang dapat diukur alih-alih pengalaman subjektif.

Eksperimen "Little Albert"

Salah satu eksperimen Watson yang paling terkenal adalah percobaan dengan "Little Albert" pada tahun 1920. Dalam studi ini, Watson dan asistennya, Rosalie Rayner, mencoba menanamkan rasa takut terhadap objek tertentu pada seorang bayi bernama Albert dengan cara mengasosiasikan suara keras yang menakutkan dengan kehadiran objek yang awalnya netral, seperti tikus putih. Hasilnya, Albert menunjukkan rasa takut terhadap tikus putih dan juga benda lain yang serupa, menunjukkan bahwa emosi dapat dikondisikan melalui asosiasi. Meskipun eksperimen ini sangat kontroversial dari sudut pandang etika, itu menunjukkan bahwa perilaku dan respons emosional dapat dibentuk oleh lingkungan.

Behaviorisme sebagai Aliran Utama

Watson menekankan bahwa lingkungan dan pengalaman memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan perilaku. Ia percaya bahwa dengan mengontrol lingkungan seseorang, psikolog dapat membentuk perilaku individu, terlepas dari sifat bawaan atau faktor genetik. Pendekatan ini berbeda dengan teori yang lebih tradisional, seperti psikoanalisis Freud, yang berfokus pada pikiran bawah sadar dan pengalaman masa kecil.

Kehidupan Pribadi dan Kontroversi

Watson menghadapi masalah dalam kariernya ketika skandal pribadi terkait hubungan asmaranya dengan asistennya, Rosalie Rayner, menyebabkan pemecatannya dari Johns Hopkins University pada tahun 1920. Setelah keluar dari akademisi, Watson beralih ke dunia periklanan, di mana ia menerapkan prinsip-prinsip behaviorisme untuk memengaruhi perilaku konsumen. Ia menjadi sangat sukses dalam karier baru ini, menggunakan teknik pengkondisian untuk membentuk kebiasaan membeli dan membangun merek.

Watson dan Rayner kemudian menikah dan memiliki dua anak. Namun, kehidupan pribadinya juga mengalami kesulitan; beberapa anaknya menderita masalah psikologis, yang beberapa orang kaitkan dengan metode pengasuhan Watson yang sangat terstruktur dan kaku.

Pengaruh dan Warisan

John B. Watson dikenal sebagai salah satu psikolog yang paling berpengaruh dalam perkembangan behaviorisme sebagai aliran utama dalam psikologi. Ia mengubah pendekatan psikologi menjadi lebih ilmiah dan berfokus pada pengamatan dan pengukuran perilaku, menginspirasi generasi berikutnya untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu yang lebih objektif.

Behaviorisme kemudian berkembang lebih lanjut dengan kontribusi dari psikolog lain, seperti B.F. Skinner, yang memperluas teori Watson dengan konsep penguatan dan hukuman. Meskipun behaviorisme akhirnya dikritik karena terlalu mengabaikan aspek kognitif dari perilaku manusia, kontribusi Watson tetap menjadi dasar yang penting dalam psikologi pendidikan, terapi perilaku, dan penelitian ilmiah tentang perilaku manusia dan hewan.

Akhir Hayat

Setelah pensiun dari kariernya di bidang periklanan, Watson hidup dengan tenang di sebuah peternakan di Connecticut. Ia jarang muncul di hadapan publik dan menghindari kehidupan akademik. John B. Watson meninggal pada 25 September 1958 karena komplikasi penyakit jantung.

Kesimpulan

John B. Watson meninggalkan warisan yang signifikan dalam psikologi dengan mengarahkan disiplin tersebut ke arah yang lebih ilmiah dan berbasis perilaku. Pendekatannya terhadap pembelajaran, pengkondisian, dan pengaruh lingkungan masih relevan dalam berbagai aplikasi modern, meskipun psikologi telah berkembang jauh melampaui behaviorisme klasik yang dipeloporinya.

PSIKODIAGNOSTIK : PENGERTIAN, FUNGSI DAN METODE

Menurut Sumadi Suryabrata, dalam bukunya yang berjudul “Psikodiagnostik“, menyebutkan bahwa penggunaan istilah psikodiagnostik secara eksplisit muncul sekitar tahun 1921 ketika Hermann Rorschach menerbitkan hasil penelitian dengan “Metode Rorschach” dalam lapangan psikiatri dengan judul “Psikodiagnostik“.  Istilah “psikodiagnostik” merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu “psikologi” dan “diagnostik“. Psikologi berarti ilmu tentang tingkah laku manusia, sedangkan diagnostik berarti mencari informasi tentang sesuatu. Sehingga, berdasarkan dua pengertian tersebut, secara sederhana psikodiagnostik dapat diartikan sebagai  suatu metode diagnosa untuk mengenali kepribadian seseorang secara mendalam.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian dari Hermann Rorschach (dalam lapangan klinis), psikodiagnostik dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk menetapkan kelainan-kelainan psikis, dengan tujuan untuk dapat memberikan pertolongan secara tepat. Dalam perkembangan selanjutnya, kebutuhan untuk membuat diagnosis secara psikologis, tidak saja dalam lapangan klinis, sehingga pengertian tentang psikodiagnostik menjadi semakin luas. Secara umum, pengertian psikodiagnostik dapat ditinjau dari dua hal, yaitu :

  • secara teoritispsikodiagnostik adalah studi ilmiah tentang berbagai metode untuk membuat diagnosis psikologis, dengan tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat.
  • secara praktispsikodiagnostik adalah setiap metode untuk membuat diagnosis psikologis, dengan tujuan agar dapat memperlakukan manusia dengan lebih tepat.
Dalam Kamus Psikologi, psikodiagnostik diartikan sebagai studi mengenai kepribadian lewat penafsiran terhadap tanda-tanda tingkah laku, cara berjalan, gerak isyarat, sikap, penampilan wajah, dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Leon H. Levy, dalam bukunya yang berjudul “Psychological Interpretation“, menyebutkan bahwa psikodiagnostik adalah kegiatan deskripsi yang bertujuan untuk meletakkan dasar bagi peramalan tingkah laku pasien dalam berbagai situasi.
Tujuan dan Fungsi Psikodiagnostik. Sasaran dari psikodiagnostik adalah kepribadian dari individu yang terwujud dalam tingkah laku, termasuk juga inteligensi, bakat atau kemampuan, minat, emosi, cita-cita dan fantasi, inisatif, daya tahan, daya analisis, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka tujuan dari psikodiagnostik adalah :
  • klasifikasi, maksudnya adalah untuk membantu mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan, perkembangan anak, klinis, dan industri.
  • deskripsi, maksudnya adalah memberikan penggambaran yang lebih intensif dari individu (subyek).
  • prediksi, maksudnya adalah memberikan peramalan terhadap perkembangan individu (subyek).
Sedangkan fungsi dari psikodiagnostik adalah :
  • memahami individu (subyek) dengan lebih baik dan memberikan paling sesuai bagi diri yang bersangkutan.
  • penjabaran dan pemanfaatan tes psikologis.
  • penyeleksian kualitas tingkah laku dan kepribadian.
  • pengembangan kepribadian individu (subyek).
Metode Psikodiagnostik.
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam psikodiagnostik, yaitu :
 
1. Wawancara.
Wawancara adalah suatu situasi pertukaran pandangan antara dua orang yang bertemu. Dalam proses wawancara akan diajukan beberapa pertanyaan yang sebelumnya telah disusun, atau bisa juga pertanyaan dilakukan secara spontan pada saat proses wawancara berlangsung. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan wawancara :
  • timing (waktu), harus diatur secara tepat, tidak terlalu lama atau terlalu singkat.
  • content (isi), isi dari setiap pertanyaan yang diajukan haruslah disusun dengan jelas dan mudah dimengerti.
  • mener of respone (cara menanggapi), menanggapi dengan baik sehingga individu (subyek) mau menjawab sesuai dengan yang peneliti butuhkan.
  • feedback (timbal balik), harus ada timbal baliknya, untuk peneliti agar dalam proses wawancara dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan, sedangkan untuk yang diwawancara bisa menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.
 
2. Observasi.
Observasi adalah suatu aktivitas pengamatan yang dilakukan terhadap tingkah laku individu di suatu situasi yang diciptakan atau pada saat tes sedang berlangsung. Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam melakukan observasi adalah  wherewhathow, dan when. Sedangkan observasi dapat dilakukan pada setting sebagai berikut :
  • field setting, adalah situasi dalam keadaan alamiah tanpa ada kontrol apapun, yang biasanya dilakukan di tempat individu yang bersangkutan berada.
  • simulated setting adalah situasi observasi di mana individu mendapat stimulasi untuk situasi tertentu, tetapi tidak sepenuhnya dikontrol.
  • laboratory setting, adalah observasi dilakukan dalam suatu laboratorium dengan menggunakan kontrol tertentu dengan situasi yang cukup ketat.
Observasi dapat dilakukan dengan memakai dua metode, yaitu :
  • observasi partisipan, di mana observator atau peneliti ikut langsung dalam kegiatan yang ingin diobservasi, dan mengamati kegiatan tersebut. Tujuan dari observasi partisipan adalah untuk mendapatkan hasil observasi yang nyata tanpa dibuat-buat.
  • observasi non partisipan, di mana observator atau peneliti mengamati dari jauh kegiatan yang diobservasi, tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut. Observator atau peneliti hanya mencatat dan mengamati apa saja kegiatan yang sedang diobservasi.
 
3. Analisa dokumen pribadi.
Metode ini jarang dipakai, biasanya akan dipakai hanya untuk kasus-kasus tertentu saja. Akan tetapi apabila dipakai ada juga manfaatnya untuk menambah pemahaman dan kejelasan mengenai kepribadian individu (subyek). Beberapa dokumen pribadi yang bisa dianalisis diantaranya adalah :
  • diary atau buku harian, biasanya digunakan oleh individu (subyek) untuk mencurahkan hal-hal yang dialami atau dirasakannya, baik itu positif atau negatif.
  • surat-surat pribadi, seringkali individu (subyek) mencurahkan perasaan atas hal-hal yang dialaminya kepada seseorang yang dekat dengannya melalui surat. Pada era modern seperti ini, bisa juga dianalisa e-mail atau media sosial yang dipunyai individu (subyek).
  • biografi atau autobiografi.
 
4. Tes psikologi.
Tes psikologi adalah prosedur klasifikasi atau pengukuran yang sistematik, yang memberikan pernyataan tentang satu atau lebih karakteristik individu tentang perilaku tertentu secara empiris dan teoritis, dengan memproses secara obyektif reaksi-reaksinya pada sejumlah stimuli yang dipilih secara hati-hati dan membandingkan reaksi tersebut dengan sampel representatif dari subyek. Tes psikologis perlu memiliki informasi tentang reliabilitas, ketepatan, dan validitasnya. Komponen-komponen tersebut harus dirujuk pada pengembangan tes, yang menunjuk pada bagaimana tes disusun, item ditulis dan dipilih, bagaimana deviasi diselesaikan dan bagaimana jumlah skor dihitung dan diinterpretasikan.
 
Berkaitan dengan metode yang dapat digunakan dalam psikodiagnostik tersebut, psikodiagnostik dapat digunakan dalam beberapa setting, yaitu :
  • clinnical setting, yang lebih memfokuskan untuk mendeteksi gangguan psikis individu (subyek), mengukur kemampuan pribadi individu, dan menetapkan pola treatment yang efektif. Dalam clinnical setting, psikodiagnostik digunakan di rumah sakit, rumah sakit jiwa, pusat kesehatan mental, atau klinis konsultan psikologis.
  • legal setting, yang berhubungan dengan masalah kriminal dan kejahatan. Dalam legal setting, psikodiagnostik digunakan di pengadilan, pusat rehabilitasi, dan lembaga pemasyarakatan.
  • educational and vocational guide setting, yang memfokuskan pada pengembangan studi dan kerja. Dalam educational and vocational guide setting, psikodiagnostis digunakan di sekolah, universitas, pusat pelatihan, dan pusat bimbingan karir.
  • educational and vocational selection setting, yang memfokuskan pada penentuan bidang studi, seleksi jabatan, dan lain sebagainya. Dalam educational and vocational selection setting digunakan di perusahaan, instansi, atau suatu organisasi.
  • research setting, yang memfokuskan pada pengembangan ilmu dan teknik serta metode psikodiagnostik. Dalam research setting, psikodiagnostik digunakan di lembaga penelitian.
 
Perbedaan Antara Psikodiagnostik dan Psychological Assessment.  Psychological assessment adalah sebuah evaluasi yang dilakukan oleh psikolog dalam rangka mengetahui fakta-fakta umum maupun spesifik mengenai individu, mengidentifikasi baik keunggulan maupun kelemahannya, untuk menginformasikan bagaimana individu tersebut berfungsi sekarang. Tujuan psychological assessment adalah :
  • menghasilkan sebuah gambaran yang akurat mengenai masalah-masalah yang dimiliki seorang individu.
  • mengidentifikasi faktor-faktor interpersonal dan lingkungan yang berkontribusi terhadap masalah-masalah tersebut.
  • menentukan treatment yang efektif untuk mengatasi masalah individu tersebut.
Perbedaan antara psikodiagnostik dan psychological assessment adalah :
  • psikodiagnostik merupakan bentuk dari psychological assessment, bukan merupakan sub disiplin psikologi tersendiri, melainkan melibatkan berbagai disiplin psikologi yang berbeda.
  • psikodiagnostik tidak mempunyai obyek materiil atau fisik tersendiri, hal yang didiagnosis dinyatakan sebagai konstruk-konstruk psikologis tergantung sub disiplinnya.
  • dalam psikodiagnostik tidak dikembangkan prosedur dan metodologi yang spesifik, melainkan menggunakan metodologi umum dalam penelitian psikologi, yaitu meliputi pengujian hipotesis.
Dalam ilmu psikologi, psikodiagnostik merupakan suatu alat yang digunakan dalam melakukan proses identifikasi dalam permasalahan psikologi. Dengan metode psikodiagnostik akan didapatkan data-data yang akurat, yang selanjutnya akan diproses untuk kepentingan pemecahan permasalahan psikologis yang dialami oleh seseorang.
Demikian penjelasan berkaitan dengan pengertian psikodiagnostik, tujuan dan fungsi, serta metode yang digunakan dalam psikodiagnostikberikut perbedaan antara psikodiagnostik dan psychological assessment.

BIOGRAFI KURT LEWIN

Kurt Lewin (1890–1947) adalah seorang psikolog Jerman-Amerika yang dianggap sebagai salah satu tokoh utama dalam perkembangan psikologi sosial. Ia juga dikenal sebagai pelopor dalam teori perubahan organisasi dan dinamika kelompok. Lewin memiliki pengaruh besar dalam membentuk cara kita memahami perilaku individu dalam konteks sosial dan lingkungan.

Kehidupan Awal dan Pendidikan
Karier dan Penelitian
Kontribusi dalam Psikologi

  • Unfreezing: Melemahkan kebiasaan atau struktur lama.
  • Changing: Memperkenalkan perubahan baru.
  • Refreezing: Menstabilkan perubahan tersebut sebagai bagian dari rutinitas baru. Model ini sangat berpengaruh dalam manajemen perubahan dan terus digunakan dalam studi organisasi dan kepemimpinan.
Pengaruh dan Warisan
Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat

Kurt Lewin lahir pada 9 September 1890 di Mogilno, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Jerman (sekarang Polandia). Ia tumbuh di sebuah keluarga Yahudi dan menunjukkan ketertarikan pada sains dan filsafat sejak usia dini.

Lewin mulai kuliah di Universitas Freiburg, di mana ia mempelajari kedokteran. Ia kemudian pindah ke Universitas Munich untuk belajar biologi. Ketika Perang Dunia I pecah, Lewin terlibat dalam tugas militer sebagai prajurit infanteri Jerman. Setelah perang, ia melanjutkan pendidikannya dan memperoleh gelar doktor dalam bidang filsafat dari Universitas Berlin pada tahun 1916, dengan minat utama pada psikologi.

Setelah menyelesaikan studinya, Lewin mulai bekerja di Institut Psikologi di Universitas Berlin, di mana ia menjadi bagian dari gerakan psikologi Gestalt, yang berfokus pada persepsi keseluruhan dan bagaimana manusia memproses pengalaman mereka. Lewin mengambil pendekatan yang berbeda dengan menghubungkan prinsip-prinsip Gestalt dengan perilaku manusia dalam konteks sosial.

Pada tahun 1933, setelah Partai Nazi berkuasa di Jerman, Lewin, yang merupakan seorang Yahudi, meninggalkan Jerman dan pindah ke Amerika Serikat. Di sana, ia mulai bekerja di beberapa universitas ternama, termasuk Cornell University dan University of Iowa, dan akhirnya menetap di Massachusetts Institute of Technology (MIT), di mana ia mendirikan Research Center for Group Dynamics.

  1. Teori Medan (Field Theory): Lewin mengembangkan teori medan, yang menyatakan bahwa perilaku seseorang merupakan hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Teori ini disingkat dengan rumus B = f(P, E), di mana B adalah perilaku, P adalah karakteristik individu, dan E adalah lingkungan. Lewin berpendapat bahwa untuk memahami perilaku seseorang, perlu diperhitungkan berbagai faktor yang membentuk "medan psikologis" orang tersebut.

  2. Dinamika Kelompok: Lewin memainkan peran penting dalam membentuk teori dan praktek dinamika kelompok. Ia tertarik dengan cara kelompok mempengaruhi perilaku individu dan bagaimana kelompok dapat menjadi agen perubahan. Lewin memperkenalkan konsep-konsep seperti pengaruh sosial, peran pemimpin, dan norma kelompok.

  3. Teori Perubahan Lewin: Lewin merumuskan model perubahan organisasi tiga tahap yang terdiri dari:

  4. Penelitian tentang Prejudice dan Diskriminasi: Lewin juga terlibat dalam penelitian tentang praduga dan diskriminasi, terutama selama Perang Dunia II, di mana ia membantu dalam program-program pelatihan untuk mempromosikan toleransi rasial.

Kurt Lewin dianggap sebagai Bapak Psikologi Sosial Modern. Kontribusinya dalam bidang dinamika kelompok, teori medan, dan perubahan organisasi telah membentuk berbagai disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, manajemen, dan pendidikan.

Lewin juga meletakkan dasar bagi psikologi terapan, di mana penelitiannya digunakan untuk memecahkan masalah sosial, mengelola konflik, dan mengimplementasikan perubahan dalam berbagai konteks organisasi. Research Center for Group Dynamics yang ia dirikan di MIT menjadi pusat penting untuk penelitian dan aplikasi dalam dinamika kelompok.

Kurt Lewin menikah dua kali, pertama dengan Maria Landsberg, yang dengannya ia memiliki dua anak, dan kemudian dengan Gertrud Weiss, dengan siapa ia memiliki satu anak. Lewin meninggal pada 12 Februari 1947 di Newtonville, Massachusetts, akibat serangan jantung.

Kurt Lewin tetap dikenang sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dalam psikologi abad ke-20, yang memperluas wawasan tentang bagaimana konteks sosial mempengaruhi perilaku manusia dan bagaimana perubahan dapat dikelola secara efektif dalam kelompok dan organisasi.

BIOGRAFI DAVID BUSS

David M. Buss (lahir 1953) adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal sebagai salah satu pendiri utama dalam bidang psikologi evolusioner. Penelitiannya terutama berfokus pada strategi perkawinan, daya tarik, seksualitas, dan dinamika sosial yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan seleksi seksual.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

David Buss lahir pada 14 April 1953. Ia menempuh pendidikan sarjana di University of Texas di Austin, di mana ia memperoleh gelar B.A. dalam psikologi pada tahun 1976. Ia kemudian melanjutkan studi untuk mendapatkan gelar Ph.D. di University of California, Berkeley pada tahun 1981, dengan spesialisasi dalam psikologi kepribadian dan sosial.

Karier dan Penelitian

Setelah menyelesaikan studinya, Buss mengajar di berbagai universitas, termasuk Harvard University, University of Michigan, dan akhirnya kembali ke University of Texas di Austin, di mana ia menjadi profesor psikologi. Sepanjang karier akademiknya, ia berfokus pada penerapan teori evolusi dalam memahami perilaku manusia, terutama terkait dengan hubungan antarjenis kelamin, daya tarik fisik, dan motivasi seksual.

Penelitian Buss mendalami berbagai topik, seperti:

  • Preferensi pasangan: Ia menemukan bahwa pria dan wanita memiliki preferensi yang berbeda terkait karakteristik pasangan yang diinginkan, seperti usia, penampilan fisik, sumber daya ekonomi, dan kesetiaan.
  • Cemburu seksual dan emosional: Buss menemukan bahwa ada perbedaan dalam bagaimana pria dan wanita merespons ancaman terhadap hubungan mereka, dengan pria lebih cenderung cemburu secara seksual dan wanita lebih cenderung cemburu secara emosional.
  • Strategi reproduksi dan daya tarik: Ia mengeksplorasi bagaimana strategi reproduksi manusia dapat bervariasi tergantung pada lingkungan, konteks sosial, dan tujuan individu, seperti hubungan jangka pendek versus jangka panjang.

Buku dan Publikasi

David Buss adalah penulis beberapa buku terkenal, seperti:

  • "The Evolution of Desire: Strategies of Human Mating" (1994): Buku ini membahas strategi kawin manusia dan preferensi pasangan dari perspektif evolusioner.
  • "The Murderer Next Door: Why the Mind Is Designed to Kill" (2005): Buku ini mengeksplorasi kecenderungan agresi dan pembunuhan dalam konteks seleksi alam.
  • "Evolutionary Psychology: The New Science of the Mind": Sebuah buku teks yang sering digunakan untuk mengajarkan psikologi evolusioner di berbagai universitas.

Pengaruh dan Warisan

David Buss adalah salah satu tokoh utama yang mempopulerkan psikologi evolusioner, sebuah bidang yang berusaha menjelaskan bagaimana proses evolusi membentuk pikiran dan perilaku manusia. Teori Buss tentang strategi reproduksi dan perilaku sosial telah memberikan wawasan baru tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan dalam hal hubungan, seks, dan interaksi sosial.

Penelitiannya tidak hanya berdampak pada psikologi tetapi juga pada bidang antropologi, biologi, dan sosiologi, di mana perspektif evolusioner digunakan untuk memahami perilaku manusia secara lebih mendalam.

Kehidupan Pribadi

Buss tetap aktif dalam penelitian dan mengajar, dan ia terus meneliti topik-topik terkait perilaku manusia dan strategi perkawinan dari sudut pandang evolusi.

Buss adalah sosok penting yang telah membentuk pemahaman modern tentang bagaimana proses evolusi memengaruhi perilaku manusia, terutama dalam konteks hubungan antarjenis kelamin, motivasi seksual, dan strategi sosial.

BIOGRAFI ROGER WALCOTT SPERRY

Roger Wolcott Sperry (1913–1994) adalah seorang ahli saraf dan psikolog asal Amerika yang terkenal karena penelitiannya tentang otak belahan kiri dan kanan. Ia dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1981 untuk karyanya mengenai fungsi otak yang terpisah pada belahan kiri dan kanan, yang dikenal sebagai penelitian tentang "otak terbelah" (split-brain).

Kehidupan Awal dan Pendidikan
Penelitian dan Karier
Penemuan Utama
  • Belahan kiri umumnya bertanggung jawab untuk bahasa, logika, dan analisis matematis.
  • Belahan kanan lebih berhubungan dengan kreativitas, persepsi spasial, dan pengenalan pola.
Penghargaan dan Pengaruh
Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat

Roger Sperry lahir pada 20 Agustus 1913 di Hartford, Connecticut, Amerika Serikat. Setelah ayahnya meninggal ketika Sperry masih kecil, keluarganya pindah ke West Hartford, tempat ia menghabiskan masa kecilnya. Sperry menempuh pendidikan di Oberlin College, Ohio, di mana ia memperoleh gelar sarjana dalam sastra Inggris pada tahun 1935 dan gelar master dalam psikologi pada tahun 1937.

Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di bidang zoologi di University of Chicago, di mana ia bekerja dengan ahli biologi terkenal, Paul Weiss. Setelah menyelesaikan gelar Ph.D. pada tahun 1941, Sperry melanjutkan penelitiannya di National Institutes of Health dan di Yerkes Laboratories of Primate Biology.

Penelitian awal Sperry fokus pada neurobiologi dan perkembangan sistem saraf. Ia tertarik dengan pertanyaan tentang bagaimana saraf dan otak terhubung untuk menghasilkan perilaku dan kesadaran. Dalam percobaannya pada hewan, Sperry menunjukkan bahwa saraf dapat "tumbuh kembali" ke lokasi yang tepat setelah kerusakan, yang bertentangan dengan teori sebelumnya tentang fungsi saraf yang bersifat acak.

Namun, penelitian tentang "otak terbelah" yang membuatnya terkenal. Pada tahun 1960-an, Sperry dan rekan-rekannya melakukan eksperimen pada pasien epilepsi yang telah menjalani operasi callosotomy—pemotongan korpus kalosum (jembatan serat saraf yang menghubungkan belahan otak kiri dan kanan) untuk mengurangi kejang. Dengan memisahkan kedua belahan otak ini, Sperry dapat mempelajari bagaimana masing-masing belahan otak bekerja secara terpisah.

Melalui percobaan dengan pasien "otak terbelah", Sperry menemukan bahwa belahan kiri dan kanan otak memiliki fungsi yang berbeda:

Penemuan ini menunjukkan bahwa otak tidak berfungsi sebagai satu kesatuan yang sempurna, tetapi memiliki spesialisasi tugas yang berbeda di setiap belahan. Temuan Sperry tentang lateralitas otak ini mengubah pemahaman tentang bagaimana otak memproses informasi dan memiliki dampak besar pada bidang neuropsikologi, pendidikan, dan ilmu saraf.

Roger Sperry menerima berbagai penghargaan untuk kontribusinya dalam ilmu saraf, termasuk Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1981, yang ia bagi dengan dua peneliti lainnya, David H. Hubel dan Torsten Wiesel, yang bekerja di bidang neurobiologi visual.

Penelitiannya memiliki implikasi besar tidak hanya dalam ilmu saraf, tetapi juga dalam psikologi dan pendidikan, karena membantu memahami bahwa orang mungkin memiliki kecenderungan untuk menggunakan satu belahan otak lebih dominan daripada yang lain, yang mempengaruhi cara mereka belajar dan berpikir.

Roger Sperry menikah dengan Norma Gay Deupree pada tahun 1949, dan mereka memiliki dua anak. Di luar penelitiannya, ia dikenal sebagai seseorang yang memiliki minat dalam isu-isu filosofis dan etika, khususnya terkait dengan kesadaran dan hubungan antara pikiran dan tubuh.

Roger Sperry meninggal pada 17 April 1994 di Pasadena, California, akibat komplikasi penyakit degeneratif saraf. Karyanya dalam memetakan fungsi belahan otak tetap menjadi warisan yang penting dalam pemahaman tentang cara kerja otak manusia.

BIOGRAFI CARL GUSTAV JUNG

Carl Gustav Jung (1875–1961) adalah seorang psikiater dan psikoterapis asal Swiss yang mendirikan aliran psikologi analitik, yang juga dikenal sebagai psikologi Jungian. Ia terkenal karena konsep-konsep seperti ketidaksadaran kolektif, archetype, dan individuasi, yang berfokus pada proses pengembangan diri dan keseimbangan kepribadian.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Carl Jung lahir pada 26 Juli 1875 di Kesswil, Swiss. Ayahnya adalah seorang pendeta, sementara ibunya berasal dari keluarga yang tertarik dengan hal-hal supranatural. Keluarga Jung memiliki lingkungan religius yang kuat, tetapi juga ada ketertarikan terhadap pengalaman mistis yang kemudian mempengaruhi teorinya.

Jung belajar kedokteran di Universitas Basel dan kemudian mengambil spesialisasi dalam bidang psikiatri. Ia tertarik dengan karya Sigmund Freud dan mengadopsi beberapa gagasan tentang psikoanalisis di awal kariernya.

Hubungan dengan Sigmund Freud

Pada awal abad ke-20, Jung menjalin hubungan erat dengan Sigmund Freud. Keduanya berbagi minat dalam memahami alam bawah sadar dan pengaruhnya terhadap perilaku. Freud melihat Jung sebagai penerus teorinya, namun perbedaan pendapat mengenai konsep-konsep inti menyebabkan perpecahan. Jung tidak setuju dengan fokus utama Freud pada seksualitas sebagai pendorong utama perilaku manusia.

Pada tahun 1913, Jung dan Freud akhirnya berpisah secara profesional, dan Jung mulai mengembangkan aliran psikologinya sendiri, yang ia sebut sebagai psikologi analitik.

Pengembangan Teori

Setelah berpisah dari Freud, Jung mengalami krisis pribadi dan banyak menganalisis mimpi serta pengalaman batinnya sendiri. Pengalaman ini membantunya mengembangkan beberapa konsep kunci dalam psikologi Jungian, termasuk:

  • Ketidaksadaran Kolektif: Jung berpendapat bahwa selain ketidaksadaran pribadi (yang berasal dari pengalaman hidup individu), ada juga ketidaksadaran kolektif, yang berisi memori dan pengalaman bersama yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ketidaksadaran kolektif ini terdiri dari archetype, atau pola universal yang muncul dalam mitos, cerita rakyat, dan mimpi.

  • Archetype: Jung mengidentifikasi sejumlah archetype utama, seperti Anima/Animus (sisi feminin dalam pria dan sisi maskulin dalam wanita), Shadow (bagian tersembunyi dari kepribadian yang ditolak), dan Self (simbol kesatuan dan keseimbangan). Archetype ini muncul dalam mimpi dan budaya, mencerminkan aspek-aspek yang mendalam dari jiwa manusia.

  • Individuasi: Ini adalah proses pengembangan diri di mana seseorang menyadari dan mengintegrasikan berbagai bagian dari kepribadiannya, termasuk aspek-aspek sadar dan tidak sadar, untuk mencapai keseimbangan dan keutuhan.

  • Sinkronisitas: Jung memperkenalkan konsep ini untuk menjelaskan peristiwa yang tampaknya kebetulan tetapi memiliki makna psikologis yang mendalam. Ia menggambarkan sinkronisitas sebagai "hubungan yang bermakna" antara kejadian eksternal dan keadaan batin seseorang.

Pengaruh dan Warisan

Jung memberikan kontribusi besar pada bidang psikologi, terutama dalam psikoterapi dan analisis mimpi. Teorinya tentang ketidaksadaran kolektif dan archetype telah mempengaruhi mitologi, sastra, seni, dan agama, serta memperluas pendekatan dalam psikoterapi yang lebih menghargai simbolisme dan pengalaman batin.

Jung mendirikan Institut C.G. Jung di Zurich untuk melatih terapis dalam psikologi analitik. Meskipun beberapa konsep Jung tidak diterima secara universal di kalangan akademisi, banyak tokoh dari berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, seni, dan filsafat, yang terinspirasi oleh pemikirannya.

Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat

Jung menikah dengan Emma Rauschenbach pada tahun 1903, dan mereka memiliki lima anak. Emma adalah pendukung setia Jung dan juga seorang analis Jungian. Setelah kematian Emma pada tahun 1955, Jung terus bekerja, menulis, dan mengajar hingga masa tuanya.

Carl Jung meninggal pada 6 Juni 1961 di Kusnacht, dekat Zurich, Swiss, dalam usia 85 tahun. Warisan teorinya terus berkembang melalui pengikut dan praktisi psikologi Jungian, serta mereka yang menjelajahi makna dalam mimpi, mitos, dan pengembangan spiritual.

BIOGRAFI CARL ROGERS

Carl Rogers (1902–1987) adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal sebagai salah satu pendiri aliran psikologi humanistik. Ia mengembangkan pendekatan terapi yang disebut terapi berpusat pada klien (client-centered therapy) dan menekankan pentingnya pemahaman terhadap pengalaman subjektif dan pertumbuhan pribadi.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Carl Ransom Rogers lahir pada 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois, Amerika Serikat. Ia berasal dari keluarga Kristen Protestan yang ketat, dan nilai-nilai agama serta etika moral yang kuat sangat mempengaruhi kehidupan awalnya. Rogers awalnya belajar pertanian di University of Wisconsin, tetapi kemudian berpindah jurusan ke teologi.

Setelah menghadiri sebuah konferensi di China, Rogers mulai meragukan keyakinan agamanya dan memutuskan untuk beralih ke bidang psikologi. Ia memperoleh gelar master dan doktor dalam psikologi klinis dari Teachers College, Columbia University pada tahun 1928 dan 1931.

Karier dan Pengembangan Teori

Rogers bekerja sebagai psikolog anak di Rochester, New York, di mana ia mengembangkan minat dalam psikoterapi. Pada tahun 1940, ia menjadi profesor di Ohio State University, dan mulai merumuskan teorinya tentang terapi berpusat pada klien, yang ia perkenalkan dalam bukunya yang berjudul "Counseling and Psychotherapy" (1942).

Rogers menekankan bahwa individu memiliki kecenderungan bawaan untuk berkembang dan mencapai potensi mereka. Terapinya berfokus pada menciptakan lingkungan yang mendukung dan tidak menghakimi, yang memungkinkan klien untuk mengeksplorasi perasaan mereka secara terbuka. Dalam terapi berpusat pada klien, terapis tidak mengarahkan proses terapi, melainkan berperan sebagai fasilitator yang mendengarkan secara empatik dan memberikan penghargaan tanpa syarat (unconditional positive regard).

Konsep-Konsep Kunci

Beberapa konsep kunci dalam teori Rogers meliputi:

  • Penghargaan tanpa syarat (unconditional positive regard): Menerima dan menghargai seseorang tanpa syarat, terlepas dari tindakan atau perasaan mereka.
  • Kongruensi: Kesesuaian antara pengalaman pribadi dan ekspresi eksternal. Terapis harus otentik dan jujur dalam interaksi mereka dengan klien.
  • Empati: Kemampuan untuk memahami perasaan dan pengalaman orang lain dengan sangat mendalam.

Rogers percaya bahwa dengan lingkungan yang tepat, orang akan cenderung bergerak menuju aktualisasi diri atau pengembangan potensi penuh mereka.


Pengaruh dan Penghargaan

Rogers adalah salah satu tokoh utama dalam psikologi humanistik, yang menekankan potensi pertumbuhan dan kreativitas manusia, serta pentingnya pengalaman subjektif. Pendekatannya sangat berpengaruh dalam bidang konseling, pendidikan, dan psikologi klinis.

Ia menerima banyak penghargaan selama kariernya, termasuk Distinguished Scientific Contribution Award dari American Psychological Association (APA). Pada tahun 1987, APA menempatkannya sebagai salah satu dari sepuluh psikolog yang paling berpengaruh di abad ke-20.

Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat

Rogers menikah dengan Helen Elliot pada tahun 1924, dan mereka memiliki dua anak. Ia adalah sosok yang dikenal lembut dan empatik, yang sangat mencerminkan nilai-nilai yang diajarkannya.

Carl Rogers meninggal pada 4 Februari 1987 di La Jolla, California, akibat serangan jantung setelah operasi patah tulang panggul. Warisan Rogers terus berlanjut, terutama dalam pendidikan, terapi, dan gerakan psikologi humanistik, yang mengutamakan keunikan setiap individu dan potensi mereka untuk berkembang.

BIOGRAFI IVAN PAVLOV


Ivan Pavlov (1849-1936) adalah seorang fisiolog, psikolog, dan dokter asal Rusia yang paling terkenal karena penelitiannya mengenai refleks terkondisi, yang kemudian dikenal sebagai "Pavlovian conditioning" atau kondisioning klasik. Penemuannya dalam psikologi eksperimental ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologi behavioristik.

Ivan Pavlov

Kehidupan Awal dan Pendidikan

Pavlov lahir pada 14 September 1849 di Ryazan, Kekaisaran Rusia. Ia berasal dari keluarga pendeta Ortodoks Rusia. Awalnya, Pavlov dilatih untuk mengikuti jejak ayahnya menjadi pendeta, namun minatnya pada ilmu pengetahuan membawanya untuk mengejar pendidikan di bidang fisiologi dan kedokteran. Ia belajar di Universitas Saint Petersburg, tempat ia akhirnya meraih gelar medis.

Karier dan Penelitian

Pada tahun 1890, Pavlov menjadi kepala Departemen Fisiologi di Institut Kedokteran Eksperimental Saint Petersburg. Selama penelitian di bidang pencernaan, Pavlov mulai tertarik dengan hubungan antara sistem saraf dan pencernaan.

Pavlov awalnya mempelajari refleks tanpa syarat pada anjing, seperti produksi air liur yang dihasilkan oleh makanan. Namun, ia segera memperhatikan bahwa anjing-anjingnya mulai mengeluarkan air liur tidak hanya saat makanan diberikan, tetapi juga saat melihat asisten laboratorium yang membawa makanan atau mendengar langkah kaki mereka. Fenomena ini mendorongnya untuk mempelajari apa yang kemudian disebut refleks terkondisi.

Dalam percobaan yang paling terkenal, Pavlov membunyikan bel sebelum memberikan makanan kepada anjing. Setelah beberapa kali mengulangi tindakan ini, anjing mulai mengeluarkan air liur saat mendengar bel, bahkan ketika tidak ada makanan yang disajikan. Ini adalah demonstrasi awal dari kondisioning klasik, di mana stimulus netral (bel) dipasangkan dengan stimulus alami (makanan) hingga stimulus netral itu sendiri mulai memicu respons yang sama (mengeluarkan air liur).

Pengaruh dan Penghargaan

Penelitian Pavlov sangat memengaruhi perkembangan psikologi behavioristik, yang menekankan bahwa perilaku manusia dan hewan dapat dipelajari melalui proses pengondisian. Teori-teorinya digunakan oleh tokoh-tokoh seperti John B. Watson, yang membawa konsep ini ke ranah psikologi manusia.

Pavlov menerima Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1904 atas karyanya di bidang pencernaan, terutama dalam memahami fungsi kelenjar pencernaan. Meskipun ia memenangkan Nobel untuk penelitian fisiologi, warisannya dalam psikologi bahkan lebih signifikan.

Kehidupan Pribadi dan Akhir Hayat

Ivan Pavlov menikah dengan Serafima Karchevskaya pada tahun 1881, dan mereka memiliki empat anak. Pavlov terkenal sebagai seorang yang sangat disiplin, baik dalam hidupnya maupun dalam eksperimennya. Meskipun ia hidup melalui masa-masa sulit, termasuk revolusi Rusia dan perang dunia, Pavlov tetap fokus pada penelitiannya.

Ivan Pavlov meninggal pada 27 Februari 1936 di Leningrad (sekarang Saint Petersburg) akibat pneumonia. Karyanya terus hidup dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, fisiologi, dan pendidikan.