"Mengapa Ayah berbeda?"
"Apa maksudmu?"
"Mengapa Ayah tidak seperti yang lain?"
"Yeah, tapi apa maksudmu?"
"Iya, mengapa Ayah berbeda dengan yang lainnya? Apakah terjadi ini
takdir Tuhan? Atau sebuah kecelakaan?"
"Maaf, maafkan aku. Maafkan aku."
"Ayah tidak perlu begitu. Aku beruntung memiliki Ayah sepertimu,
karena tidak ada Ayah lain yang mengajak anaknya ke taman hampir setiap
sore."
Pembuka catatan ini adalah satu dialog antara orangtua dan anaknya yang
berusia tujuh tahun dalam sebuah film drama berjudul I am Sam (Love is All
You Need).
Film ini dibuka dengan adegan Sam yang sedang bekerja di Starbucks
Coffee. Di awal film ini, penonton disajikan keautistikan Sam yang meletakan
seluruh barang dengan jarak dan posisi yang sama. Selain itu, Sam juga
meletakkan bubuk krim kopi berdasarkan warna yang sama sekalipun dia sedang
menyapa para pelanggan yang datang.
Di saat Sam sedang menikmati pekerjaannya, atasan Sam yang bernama
George (Bobby Cooper) memberitahukan bahwa Rebecca (Caroline Keenan), wanita
tunawisma yang tinggal bersama Sam dan sedang mengandung anak Sam, sedang dalam
proses melahirkan. Dengan penuh antusias sekaligus khawatir, Sam meninggalkan
tempat kerjanya dan menemui Rebecca.
Tak lama setelah Sam datang, Rebecca melahirkan seorang anak perempuan.
Lucy Diamon Dawson adalah nama yang diberikan Sam kepada anaknya. Nama ini
diambil dari lagu Lucy in The Sky With Diamons yang dipopulerkan oleh
The Beatles, grup musik rock pop kesukaan Sam. Kisah ini dilanjutkan dengan
perginya Rebecca setelah melahirkan. Di scene berbeda, Sam mengatakan
bahwa Becca, begitulah panggilan Rebecca, tidak ingin memiliki anak dari Sam
dan dia hanya membutuhkan tempat untuk tidur.
Kepergian Becca menjadikan Sam sebagai single parent di tegah
keterbatasannya. Sam tidak bisa mengenakan popok Lucy dengan benar dan
kebingungan ketika Lucy kecil selalu terjaga dari tidurnya dan menangis di
tengah malam. Yang ada di pikiran Sam hanya satu, semua nampak sangat
kecil.
Beruntung Sam memiliki seorang tetangga bernama Annie (Dianne Wiest).
Wanita paruh baya yang sering mendengarkan tangisan Lucy. Annie mengajarkan Sam
bagaimana caranya merawat bayi. Annie yang memahami keterbatasan Sam
mengajarkan bagaimana Sam harus mengatur pemberian susu untuk Lucy. Untuk
memudahkan Sam, Annie memberitahu bahwa Sam harus memberi susu kepada Lucy
berdasarkan jam tayang kartun-kartun yang ada di Nickelodeon.
Lucy tumbuh menjadi anak yang sehat. Sam selalu membawanya bekerja.
Namun, Lucy menjadi kendala ketika ia semakin besar. Hingga akhirnya Sam
memohon kepada Annie untuk dapat menjaga Lucy selama ia bekerja.
Dalam drama ini, tidak hanya Sam yang digambarkan sebagai tokoh dengan
disabilitas. Masih ada empat orang teman Sam yang memiliki disabilitas, yakni
Robert, Joe, Wali, dan Brad. Keautistikan kelima sahabat ini digambarkan dengan
kebiasan mereka yang tak pernah berubah selama bertahun-tahun. Setiap hari Rabu
adalah hari mereka makan di IHOP, menonton video di setiap Kamis malam, dan
pergi berkaraoke bersama setiap Jumat. Dan kebiasaan ini pun masih dilakukan
meski sudah ada Lucy di antara mereka.
Selain hal di atas, setiap malam Sam juga selalu membacakan Lucy sebuah
cerita anak berjudul Telur Hijau dan Ham (Green Egg dan Ham). Berulang
kali buku itu dibacakan oleh Sam dengan penuh semangat. Saya sendiri menilai
bahwa muatan kata dalam buku tersebut masih dalam kategori mudah dan Sam dapat
dengan mudah menguasainya–mungkin juga sudah menghapalnya di luar kepala.
Tak hanya kasih sayang dari Sam, Lucy juga menerima limpahan kasih
sayang dari keempat sahabat Sam. Mereka pergi bersama untuk membeli sepatu
sekolah Lucy. Saat ingin membayar bill-nya, ternyata Sam kekurangan uang.
Selayaknya orang yang normal pada umumnya, dengan sigap sahabat-sahabat Sam
mengumpulkan uang yang mereka punya untuk membantu Sam membayar sepatu yang
diinginkan Lucy.
Di sekolah barunya, Lucy tumbuh menjadi anak yang cerdas. Hal inilah
yang mejadi masalah dalam kisah ini. Lucy yang memiliki kemampuan intelejensi
di atas rata-rata anak seusianya, membuat banyak orang meragukan Sam yang
memiliki kemampuan intelejensi tidak lebih dari anak tujuh tahun untuk tetap
merawat Lucy.
Melalui lukisan karya Lucy yang di dalamnya terdapat gambar Lucy yang
jauh lebih besar dari Sam, guru Lucy melihat sikap pembatasan diri Lucy di
kelas. Bermula dari sinilah, banyak orang yang mengkhawatirkan kelangsungan
hidup, lebih tepatnya proses tumbuh kembang kecerdasan Lucy, jika Lucy tetap
tinggal bersama Sam. Untuk menindaklanjuti masalah ini, hak asuh Lucy pun
dimasukkan ke dalam pengadilan. Dan selama kasus ini berlangsung, Lucy tinggal
di Departemen Layanan Anak dan Keluarga. Sam hanya diperbolehkan bertemu dengan
Lucy dua kali seminggu dengan intensitas waktu dua jam di setiap pertemuan.
Melalui kasus ini Sam bertemu dengan Rita Harrison (Michelle Pfeiffer),
seorang pengacara terkenal yang sombong dan angkuh. Mulanya Rita tidak ingin
menolong Sam karena ketidakmampuan Sam untuk membayar Rita. Tapi karena terjebak
oleh kesombongannya sendiri, Rita akhirnya melakukan pro
bonno (membantu atau gratis) untuk kasus Sam.
Banyak sekali hambatan yang dialami Sam dan Rita untuk menjalankan
sidang hak asuh Lucy. Salah satunya adalah tidak adanya saksi yang layak untuk
mengatakan di hadapan hakim dan negara bahwa Sam layak merawat Lucy meski dia
seorang berketerbelakangan mental.
Di tengah keputusasaannya menunggu sidang akhir, Sam mengurung diri di
kamar dan tidak ingin bertemu dengan Rita. Karena kesal dengan sikap kekanak-anakan
Sam, Rita mencaci maki Sam bahwa Sam tidak bisa menghargai dirinya sebagai
pengacara yang sudah membantunya tanpa bayaran. Dengan lugu Sam menjawab cacian
Rita bahwa Rita tidak mungkin mengerti kesedihan Sam karena nasib Rita tidak
seburuk Sam. Mendengar jawaban Sam, Rita menangis karena Sam tidak mengetahui
kehidupan Rita yang sebenarnya.
Rita memang pengacara dan ibu muda yang sukses. Rumah Rita sangat besar
dan memiliki barang-barang mewah. Akan tetapi, semua itu tidak berarti bagi
Rita karena suaminya adalah seorang lelaki yang suka selingkuh dan anaknya,
Willy, membencinya karena dia terlalu sibuk di luar dan tidak pernah
memerhatikan Willy.
Selama menonton film ini, emosi penonton dibuat meletup-letup karena
kepolosan seorang ayah berketerbelakangan mental dan keangkuhan orang-orang
"normal" yang menganggap seorang disabilitas tidak layak menjadi
orang tua. Selama saya menonton film ini, tanpa terasa saya menangis dan kadang
tertawa oleh percakapan Sam dan Lucy yang lebih mirip percakapan anak sesama
tujuh tahun dibandingkan dengan percakapan antara ayah dan anak.
Dari film ini, saya menilai betapa bijak dan dewasanya Lucy kecil di
tengah kehidupannya yang berbeda dengan teman sebayanya. Lucy enggan membacakan
sebuah buku yang di dalamnya memuat kata “different”. Lucy mengerti bahwa isi
buku tersebut menceritakan tentang perbedaan yang terjadi dalam kehidupan
manusia, termasuk tentang keadaan ayahnya yang seorang penyandang disabilitas.
Seperti yang sudah saya paparkan di awal bahwa Sam memiliki empat
sahabat sesama penyandang disabilitas dan Lucy pun ikut bersahabat dengan
mereka. Begitu menyentuh ketika sahabat-sahabat Sam datang ke pengadilan dan
membawa poster bertuliskan “Free Lucy Dawson” untuk mendukung Sam. Salah satu
di antara mereka berkata bahwa mereka menyayangi Lucy. Adegan ini seakan ingin
memberitahukan penonton bahwa penyandang disabilitas juga memiliki rasa kasih
sayang dan mengerti mengenai hak-hak mereka.
Yang membuat film ini begitu menyentuh hati saya adalah ketika penonton
disajikan kehidupan "Si Cacat" Sam dan "Si Normal" Rita
yang saling bertolak belakang. Dari sini saya belajar bahwa kebahagiaan
tidaklah sebatas harta dan tahta, tapi bagaimana kita menyikapi kasih sayang
keluarga sederhana dan "berkekurangan" menjadi hal yang istimewa dan
berharga.
Sisi lain dari film ini juga menjelaskan bahwa betapa perlunya para
orang tua melimpahkan perhatian kepada anak mereka. Limpahan kasih sayang orang
tua ini berimbas pada sikap anak kepada orang tua, seperti Lucy yang begitu menyayangi
Sam dan keterbatasannya. Dan Willy, anak Rita, justru membenci Rita yang selalu
lembur di kantor. Sam mengajarkan banyak hal kepada Rita dan penonton bahwa
kasih sayang adalah hal terbesar yang harus dimiliki seorang anak. Sama seperti
subjudul film ini, Love is All Need. Cinta adalah kebutuhan semua orang,
terutama seorang anak.
Saya tidak ingin menikmati keindahan film ini sendirian. Saya ingin
memberitahukan kepada teman-teman saya bahwa film I am Sam (Love is All Need)
sangat menginspirasi siapapun yang menontonnya. Di samping itu, dengan film ini
saya ingin memperkenalkan sekaligus menjadikannya cerminan atas kehidupan
seorang disabilitas.