KOMITMEN ORGANISASI
Robbins
dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang
individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keangotaannya dalam organisasi. Sedangkan Mathis dan Jackson
(dalam Sopiah, 155) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai derajad
dimana karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan
tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya).
Richard
M. Steers (Sri Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa
identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan
(kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan
loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan)
yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers berpendapat
bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana pegawai sangat tertarik
terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap
organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap
menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang
tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Komitmen
terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena
meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan
tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas
terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap
nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Rendahnya
komitmen mencerminkan kurangnya tanggung jawab seseorang dalam menjalankan
tugasnya. Mempersoalkan komitmen sama dengan mempersoalkan tanggung jawab,
dengan demikian, ukuran komitmen seorang pimpinan yang dalam hal ini adalah
kepala sekolah adalah terkait dengan pendelegasian wewenang (empowerment). Dalam
konsep ini pimpinan dihadapkan pada komitmen untuk mempercayakan tugas dan
tanggung jawab ke bawahan. Sebaliknya, bawahan perlu memiliki komitmen untuk
meningkatkan kompetensi diri
KOMPONEN KOMITMEN
Mowday
yang dikutip Sopiah (2008) menyakan ada tiga aspek komitmen antara lain :
1) Affective commitment, yang
berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat pada organisasi. Individu
menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri. Kunci dari komitmen ini
adalah want to
2) Continuance commitment, adalah
suatu komitmen yang didasarkan akan kebutuhan rasional. Dengan kata lain,
komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang
harus dikorbankan bila akan menetap pada suatu organisasi. Kunci dari komitmen
ini adalah kebutuhan untuk bertahan (need
to)
3) Normative Commitment, adalah
komitmen yang didasarkan pada norma yang ada dalam diri karyawan, berisi
keyakinan individu akan tanggung jawab terhadap organisasi. Ia merasa harus bertahan
karena loyalitas. Kunci dari komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan dalam
organisasi(ought to).
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMITMEN
Komitmen
pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang
cukup panjang dan bertahap. Steers (dalam Sopiah, 2008) menyatakan tiga faktor
yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan antara lain :
- Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan
- Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja; dan
- Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang organisasi.
Materi selengkapnya silakan download disini
0 comments:
Post a Comment